Muhabbat, Hudur, Fana
Dari Ajaran Mawlana Syekh (Q) sebagaimana diajarkan oleh Syekh Sayed Nurjan Mirahmadi.
Pentingnya Tafakkur dan Menjaga Kehadiran
Mengetahui diri sendiri berarti berada dalam Islam (penyerahan) dan memiliki seorang syekh (pembimbing) untuk duduk bersamanya dan belajar. Cara kita adalah fokus pada Mawlana Syekh dan menjaga kehadirannya setiap saat. Ketika Anda tidak merasakan kehadiran syekh, tanyakan pada diri sendiri, mengapa? Apa yang telah saya lakukan sehingga saya tidak merasakan kehadiran syekh? Apakah saya tidak melakukan awrad (amalan harian) saya? Menjaga kehadiran syekh, meminta madad (dukungan), melaksanakan amalan, dan memohon kepada Mawlana Syekh untuk mendandani Anda dengan kehadirannya adalah tugas yang berat. Namun, itulah konsep insan kamil (manusia sempurna).
Bagaimana Anda bisa menjadi insan kamil dan mencapai Allah (AJ)? Anda harus melalui nur (cahaya), ke sir (rahasia), untuk sampai ke naar/diya (sumber cahaya), dan kemudian Anda akan mencapai alif yang merupakan Izzatullah (Keagungan dan Kemuliaan Allah). Setiap orang memiliki nur (cahaya).
Tidak masalah jika Anda bersama Mawlana Syekh. Anda bisa duduk di depan mereka, tetapi tidak mencapai apa-apa. Pentingnya tafakkur (kontemplasi) dan muraqabah (meditasi) adalah agar Anda bisa terhubung dengan syekh. Jika tidak, Anda bisa duduk bersama mereka selama 20 tahun dan tidak terjadi apa-apa, lalu masuk ke kubur dalam keadaan seperti itu. Mawlana Syekh Nazim al-Haqqani adalah syekh kamil (pembimbing sempurna) dan memiliki banyak perwakilan. Oleh karena itu, datanglah kepada perwakilannya dan pahami cara mencapai sang sultan. Jangan hanya duduk di rumah karena tidak akan terjadi apa-apa. Itu hanya seperti berjemur di bawah matahari.
Tiga Tingkatan Cinta, Kehadiran, dan Kepunahan
Syekh Mengajarkan tentang Cinta
Realitas ini mengajarkan Anda dari tiga kehadiran: muhabbat (cinta), hudur (kehadiran), dan fana (kepunahan). Melalui nur (cahaya), perwakilan syekh harus mengajarkan Anda tentang kehadiran. Ia akan mengajarkan Anda cara mencintai syekh. Muhabbat (cinta) adalah ketika Anda mencintai. Anda harus mengenal syekh untuk menjaga hudur (kehadirannya). Perwakilan adalah representasi fisik dari hudur syekh (kehadiran pembimbing). Oleh karena itu, Anda merasakan kehadiran syekh ketika bersama perwakilan (guru Anda). Perwakilan (muqaddam) disebut demikian karena mereka adalah yang paling maju dalam mengikuti jejak syekh. Muqaddam juga harus mengajarkan Anda untuk menjaga kehadiran khusus syekh dan menjaga hudur Mawlana Syekh selama 24 jam.
Cinta kepada Mawlana Syekh membawa Anda ke kehadiran syekh:
- Pertama, datanglah ke dargah Sufi (khaniqa) untuk berada dalam kehadiran fisik guru/muqaddam.
- Kemudian, berada dalam kehadiran syekh secara spiritual.
- Itu mulai menjadi fana fi shaykh (kepunahan dalam syekh).
Kepunahan – Fana fi Shaykh, Fana fir Rasul, Fana Fillah
Sedikit demi sedikit, fana (kepunahan) terbuka karena Anda menjaga cinta dan hudur (kehadiran) Mawlana Syekh, baik secara fisik maupun spiritual. Anda tidak bisa hanya mengatakan bahwa Anda menonton internet dan terhubung dengan syekh melalui internet. Anda membutuhkan hudur fisik karena perwakilan mereka memiliki hudur syekh.
فَنَا فِي الشِّيخْ، فَنَا فِي الرَّسُولْ، فَنَا فِي الله
“Fana fi Shaykh, Fana fir Rasul, Fana Fillah”
“Kepunahan dalam Pembimbing, Kepunahan dalam Rasul, Kepunahan dalam Allah”
Ada berbagai tingkatan:
- Tingkat pertama adalah muhabbat (cinta), lalu hudur (kehadiran), dan kemudian fana fi shaykh (kepunahan dalam syekh).
- Tingkat kedua adalah muhabbat (cinta), hudur (kehadiran), dan kemudian fana fir Rasul (kepunahan dalam Rasul).
- (Tidak ada untuk tingkat ketiga, karena fana fillah hanya untuk Nabi ﷺ).
Bahkan pada tingkat pertama, fana fi shaykh (kepunahan dalam syekh), terdapat Izzatullah (Keagungan Allah), Izzat ar-Rasul (kehormatan Rasul), dan Izzat al-mumineen (kehormatan orang-orang beriman).
﴾وَلِلَّهِ الْعِزَّةُ وَلِرَسُولِهِ وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَلَكِنَّ الْمُنَافِقِينَ لَا يَعْلَمُونَ ﴿٨
63:8 – “…Wa Lillahil ‘izzatu wa li Rasooli hi wa lil Mumineena wa lakinnal munafiqeena la y’alamoon.” (Surat Al-Munafiqoon)
“…Dan milik Allah-lah segala kemuliaan, dan milik Rasul-Nya, dan milik orang-orang beriman, tetapi orang-orang munafik tidak mengetahui.” (Orang-Orang Munafik, 63:8)
Hanya dalam memahami hubungan Anda dengan syekh, terdapat tiga Izzat (kehormatan). Oleh karena itu, Wajah, Kehadiran, dan Esensi berasal dari rahasia itu, yang telah dijelaskan sebelumnya.
Penjelasan Tambahan
- Muhabbat (Cinta): Ini adalah langkah awal, di mana Anda mengembangkan cinta kepada syekh melalui pengenalan dan ketaatan pada ajarannya. Cinta ini adalah fondasi untuk menjaga kehadiran syekh.
- Hudur (Kehadiran): Menjaga kehadiran syekh, baik secara fisik dengan berada di dekat muqaddam (perwakilan) maupun secara spiritual melalui tafakkur dan muraqabah. Ini membutuhkan konsistensi dalam awrad dan meminta madad syekh.
- Fana (Kepunahan): Tingkatan ini adalah ketika ego Anda lenyap dalam cahaya syekh (fana fi shaykh), kemudian dalam cahaya Nabi (fana fir Rasul). Fana fillah (kepunahan dalam Allah) adalah tingkatan eksklusif untuk Nabi Muhammad ﷺ.
Proses ini adalah perjalanan menuju insan kamil, di mana Anda menyerahkan ego dan terhubung dengan cahaya ilahi melalui bimbingan syekh dan cinta kepada Nabi (s). Dengan menjaga hudur syekh melalui kehadiran fisik dan spiritual, serta melalui tafakkur dan amalan, Anda membuka pintu menuju fana, yang membawa Anda lebih dekat kepada Kehadiran Ilahi.
Hudur un Nabi ﷺ – Kehadiran Nabi Muhammad ﷺ
Kehadiran yang Dibahas
Kehadiran yang kita bicarakan adalah Hudur un Nabi ﷺ (kehadiran Nabi Muhammad ﷺ). Kehadiran ini adalah cerminan dari Hudur un Nabi yang memantul ke hudur syekh (kehadiran syekh), lalu ke mumineen (orang-orang beriman). Ini berasal dari Izzat ar-Rasul (kehormatan Rasul) yang diberikan oleh Allah (AJ).
Tiga Aspek Realitas:
- Wajah = Izzat Mumineen (kehormatan orang-orang beriman) = Muhabbat (cinta)
- Kehadiran = Izzat ar-Rasul (kehormatan Rasul) = Hudur (kehadiran)
- Esensi = Izzatullah (Keagungan dan Kemuliaan Allah) = Fana (kepunahan)
Setiap Realitas Memiliki Wajah
Dalam setiap rahasia, Anda harus mendekati wajah. Untuk mencapai fana (kepunahan), yang merupakan esensi, Anda harus melalui syekh. Setiap realitas memiliki wajah yang harus Anda lalui. Ketika Anda fokus pada wajah, Allah (AJ) berfirman, “Segala sesuatu binasa kecuali Wajah-Nya yang suci.”
﴾وَلَا تَدْعُ مَعَ اللَّـهِ إِلَـٰهًا آخَرَ ۘ لَا إِلَـٰهَ إِلَّا هُوَ ۚ كُلُّ شَيْءٍ هَالِكٌ إِلَّا وَجْهَهُ ۚ لَهُ الْحُكْمُ وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ ﴿٨٨
28:88 – “Wala tad’uo ma’Allahi ilahan aakhara la ilaha illa huwa kullu shayin halikun illa wajha hu la hul hukmu wa ilayhi turja’oon.” (Surat Al-Qasas)
“…Segala sesuatu binasa kecuali Wajah-Nya yang suci. Bagi-Nya segala perintah, dan kepada-Nya kamu akan dikembalikan.” (Kisah-Kisah, 28:88)
Allah (AJ) memerintahkan untuk fokus pada haq (kebenaran) dan bukan pada batil (kebatilan) karena kebatilan pasti binasa.
﴾وَ قُلْ جَآءَالْحَقُّ وَزَهَقَ الْبَطِلُ، إِنَّ الْبَطِلَ كَانَ زَهُوقًا ﴿٨١
17:81 – “Wa qul jaa alhaqqu wa zahaqal baatil, innal batila kana zahoqa.” (Surat Al-Isra)
“Dan katakanlah, Kebenaran telah datang, dan kebatilan telah lenyap. Sesungguhnya kebatilan itu pasti lenyap.” (Perjalanan Malam, 17:81)
Haq (kebenaran) adalah Wajah karena Allah (AJ) berkata, “Segala sesuatu binasa kecuali Wajah-Nya.” Fokus pada wajah syekh, dan itu adalah cinta (muhabbat). Dengan cinta, Anda terus memandang syekh, lalu hudur (kehadiran) terbuka. Bahkan ketika Anda tidak bersama syekh secara fisik, Anda akan merasakan hudur-nya. Hanya dengan berkonsentrasi pada Wajah, hudur terbuka karena Izzatullah (Keagungan Allah). Izzat (kehormatan) selalu mengalir dari Allah (AJ) ke Nabi Muhammad ﷺ, lalu ke mumineen. Ini seperti tali yang menjulang ke atas.
Berpegang Teguh pada Habl (Tali)
Allah (AJ) berkata, “Berpegang teguhlah pada tali Allah.” Tali menunjukkan tauhid (Ke-Esa-an).
﴾وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّـهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا ۚ ﴿١٠٣
3:103 – “Wa’tasimo bihab lillahi jamee’an wa la tafarraqo…” (Surat Ali-Imran)
“Dan berpegang teguhlah pada tali Allah bersama-sama dan janganlah bercerai-berai…” (Keluarga Imran, 3:103)
Hublillah, HablAllah (tali Allah) tidak mengatakan berpegang pada batang, karena itu berarti semua orang berada pada level yang sama. Tali menunjukkan bahwa ada seseorang di atas Anda dan seseorang di bawah Anda. Izzatullah (Keagungan Allah) mengalir melalui tali tersebut. Tali kini adalah bentuk, dan bentuk itu adalah Nabi Muhammad ﷺ. Tali disebut habl dalam bahasa Arab, dan cinta disebut hub. Allah (AJ) tidak peduli pada tali fisik. Bentuknya adalah Nabi Muhammad ﷺ.
Pengorbanan dalam Garis Keturunan Nabi dari Ismail (as)
Mawlana Syekh pernah membahas hal ini. Dalam salah satu suhbat (wacana), beliau berkata bahwa Allah (AJ) meminta Nabi Ibrahim (as) untuk membangun rumah bagi-Nya. Ibrahim (as) bukan kontraktor, tetapi Allah (AJ) ingin ia membangun hatinya. Mengapa Allah (AJ) meminta Ibrahim dan Ismail (as) untuk membangun rumah bagi-Nya? Ibrahim (as) membangun fondasi iman, sehingga ia disebut ‘bapak iman’. Benih dari itu adalah Ismail (as).
Nabi Muhammad ﷺ berkata, “Aku berasal dari dua pengorbanan.” Beliau berasal dari garis keturunan Ismail (as). Garis keturunannya berasal dari pengorbanan Ismail (as), ketika Allah (AJ) meminta Ibrahim (as) untuk mengorbankan putranya, Ismail (as). Kemudian Malaikat Jibril (as) menggantinya dengan seekor domba. Pengorbanan kedua yang dirujuk Nabi ﷺ adalah ketika Abdul Mutalib akan mengorbankan salah satu putranya, dan ia memikirkan Abdullah (ayah Nabi Muhammad ﷺ). Namun, seseorang datang dan meminta Abdul Mutalib untuk mengorbankan unta sebagai gantinya. Tetapi pengorbanan ini berakhir dengan pengorbanan cucu-cucu Nabi di Karbala. Mereka mengorbankan diri mereka di Karbala.
Hub (Cinta)
Hub (cinta) tercipta dari dua huruf: ha dan ba. Ha mewakili hayat (kehidupan abadi), dan ba mewakili baqa (keberadaan kekal). Baqa adalah Bahrul Qudra (Lautan Kekuatan). Baqa berarti dibangkitkan ke Kehadiran Allah (AJ). Ahle baqa (orang-orang keberadaan kekal) beroperasi dari realitas mereka, bukan dari fisik. Mereka telah mencapai baqa dari lautan al-Haq (kebenaran).
Kata haq juga terdiri dari dua huruf: ha dan qaf. Ha mewakili hay (kehidupan abadi), dan qaf mewakili al-Qayyum (Yang Maha Mandiri). Hay dan Qayyum adalah dua sifat Allah (AJ). Haq (kebenaran) adalah manifestasi dari lautan kekuatan. Apa yang datang dari lautan kekuatan adalah al-Hayy ul Qayyum (Yang Maha Hidup dan Maha Mandiri). Seperti yang Allah (AJ) firmankan dalam Al-Qur’an, “Qaf, wal Quranil Majeed.”
﴾ق ۚ وَالْقُرْآنِ الْمَجِيدِ ﴿١
50:1 – “Qaf, wal Quranil Majeed.” (Surat Qaf)
“Qaf. Demi Al-Qur’an yang mulia.” (Huruf Qaf, 50:1)
Ahle Baab (Orang-Orang Pintu)
Habl (tali) berasal dari lautan kekuatan tersebut. Ada qasida (pujian kenabian) yang mengatakan Ahabab (para pecinta) dan Ahle baab, mereka yang menjaga pintu.
أهْلَ بَابَكَ أَحْبَابِكَ
يَا رَبَّ يَا رَبَّ يَا رَبَّ
أَنَعَمْ عَلِيْنَا عَلِيْنَا
مَدَدَ مَدَد مَدَد
Ahle babak, Ahbabak
Ya Rab, Ya Rab, Ya Rab
An’am ‘alayna ‘alayna
Madad, madad, madad
Para kekasih-Mu adalah orang-orang pintu
Ya Tuhan, Ya Tuhan, Ya Tuhan
Kirimkan berkah-Mu kepada kami
Bantu kami, kirimkan dukungan-Mu
Nabi Muhammad ﷺ bersabda, “Aku adalah kota pengetahuan dan Ali adalah pintunya.”
“أَنَا مَدِيْنَةُ الْعِلْمٍ وَ عَلِيٌّ بَابُهَا”
“Ana madinatul ‘ilmin wa ‘Aliyyun baabuha.”
“Aku adalah kota pengetahuan dan Ali (as) adalah penjaga pintunya.”
Baab Hu – Nabi ﷺ adalah kota dan Ali (as) adalah pintu dari Hu. Nabi ﷺ mengkodekan bahwa beliau adalah Hu.
Pentingnya Akar Kata dalam Bahasa Arab
Makna Akar Kata Menurut Shah Naqshband (q)
Menurut Shah Naqshband (q), memahami bahasa Arab sangat penting karena akar kata dalam bahasa Arab memiliki makna mendalam. Apa pun cabangnya, semuanya berasal dari akar yang sama. Sebagai contoh, taslim berarti penyerahan (submission), tetapi sering disalahartikan sebagai “damai” (peace). Dalam ayat Al-Qur’an, “Yaa ayyuhal ladhina aamanu sallu ‘alayhi wa sallimu taslima” (Al-Ahzab 33:56), taslima berarti penyerahan, bukan sekadar damai. Ayat ini memerintahkan, “Wahai orang-orang yang beriman, bersholawatlah kepadanya dan serahkan dirimu dengan penuh penyerahan.”
﴾إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً ﴿٥٦
33:56 – “InnAllaha wa malayikatahu yusalluna ‘alan Nabiyi yaa ayyuhal ladhina aamanu sallu ‘alayhi wa sallimu taslima.” (Surat Al-Ahzab)
“Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya mengirimkan shalawat kepada Nabi. Wahai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kepadanya dan serahkan dirimu dengan penuh penyerahan.” (Pasukan Gabungan, 33:56)
Taslim berarti penyerahan yang terkait dengan Atiur Rasul (patuh kepada Nabi) seperti disebutkan dalam Al-Qur’an (An-Nisa 4:59) dan ayat, “Katakanlah, jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku” (Ali-Imran 3:31).
﴾قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّوْنَ اللَّـهَ فَاتَّبِعُوْنِيْ يُحْبِبْكُمُ اللَّـهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ ۗ وَاللَّـهُ غَفُورٌ رَّحِيمٌ ﴿٣١
3:31 – “Qul in kuntum tuhibbon Allaha fattabi’oni, yuhbibkumullahu wa yaghfir lakum dhunobakum wallahu Ghaforur Raheem.” (Surat Ali-Imran)
“Katakanlah, [wahai Muhammad], ‘Jika kamu mencintai Allah, maka ikutilah aku, niscaya Allah akan mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu.’ Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Keluarga Imran, 3:31)
Hubungan antara Habl (Tali) dan Hub (Cinta)
Dalam Al-Qur’an (An-Nisa 4:59), Allah memerintahkan untuk mematuhi Allah, Nabi Muhammad (s), dan ulil amr (pemimpin di antara kamu). Berpegang teguh pada habl (tali) berarti berpegang pada Nabi Muhammad (s), yang merupakan HablAllah (tali Allah). Mereka yang dekat dengan Nabi (s) adalah ulil amr (para wali). Al-habab (para pecinta) dan ahle baab (orang-orang pintu) terkait dengan hubl (cinta) dan habl (tali), yang terdiri dari huruf ha dan ba. Ha mewakili hayat (kehidupan abadi), dan ba mewakili Bahrul Qudra (Lautan Kekuatan) atau baqa (keberadaan kekal). Mengapa fokus pada dunia material? Allah (AJ) tidak mengirim tali fisik. Oleh karena itu, penting untuk memahami huroof (huruf) dalam bahasa Arab: ha untuk hayat dan ba untuk baqa. Carilah ahle hayat (orang-orang kehidupan abadi) karena merekalah tali-tali itu.
﴾ياأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُواللَّه وَأَطِيعُوٱلرَّسُولَ وَأُوْلِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ…﴿٥٩
4:59 – “Ya ayyu hal latheena amanoo Atiullaha wa atiur Rasola wa Ulil amre minkum…” (Surat An-Nisa)
“Wahai orang-orang yang beriman, taatilah Allah, taatilah Rasul, dan ulil amr di antara kamu…” (Wanita, 4:59)
Wajah Membawa ke Kehadiran, Lalu ke Esensi
Dari wajah menuju kehadiran (hudur), dan kehadiran membawa Anda ke esensi. Itulah mi’raj (kenaikan) jiwa. Mengapa beberapa orang merasakan energi dan kekuatan Laylatul Isra wal Mi’raj (Malam Kenaikan)? Karena mereka telah melihat wajah, mereka memiliki cinta (muhabbat), sehingga mereka merasakan hudur (kehadiran) pada malam Isra wal Mi’raj. Mi’raj kita adalah bersama Mawlana Syekh, mi’raj Mawlana Syekh adalah bersama Nabi Muhammad (s), dan di dalam hati Nabi (s) terdapat Kehadiran Ilahi.
Di dunia material, segalanya terkunci pada bentuk, dan orang-orang tidak ingin kehilangan bentuk. Mereka begitu fokus pada apa itu Ka’bah, di mana Ka’bah, dan ke arah mana kiblat, sehingga mereka lupa bahwa realitas Ka’bah adalah hati Nabi Muhammad (s).
Subhana rabbika rabbal ‘izzati ‘amma yasifoon, wa salaamun ‘alal mursaleen, walhamdulillahi rabbil ‘aalameen. Bi hurmati Muhammad al-Mustafa wa bi siri Surat al-Fatiha.
Leave a Reply