Realitas Wajah, Kehadiran, Esensi – Bagian 1

Tiga Alif dalam Insan

اِنْ سَ انِ
Dari ajaran Mawlana Syekh (Q) sebagaimana diajarkan oleh Syekh Sayed Nurjan Mirahmadi.

Tiga Alif dalam Insan Mewakili Tiga Kehormatan
Kata insan (manusia) mengandung tiga alif:

  1. Alif pertama (dari kanan, huruf pertama insan) melambangkan Izzatullah (Keagungan Allah).
  2. Alif kedua tersembunyi dalam naar (Api Ilahi) dari noon kedua (dari kiri), melambangkan Izzat ar-Rasul (kehormatan Nabi Muhammad ﷺ).
  3. Alif ketiga (sebelum noon pertama dari kiri) melambangkan Izzat al-Mumineen (kehormatan orang-orang beriman).

Ketiga alif ini mencerminkan tiga Izzat sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an:

﴾وَلِلَّهِ الْعِزَّةُ وَلِرَسُولِهِ وَلِلْمُؤْمِنِينَ… ﴿٨
63:8 – “…Wa Lillahil ‘izzatu wa li Rasooli hi wa lil Mumineen…” (Surat Al-Munafiqoon)
“…Dan milik Allah-lah segala kemuliaan, dan milik Rasul-Nya, dan milik orang-orang beriman…” (Orang-Orang Munafik, 63:8)

Para syekh mengajarkan bahwa ketika kita didandani dengan nur (cahaya) dari noon pertama (dari kiri) dan sir (rahasia) dari seen, kita dibawa ke noon kedua untuk menjadi sumber cahaya – naar (Api Ilahi). Pada saat itu, kita berada dalam hadirat alif terakhir (dari kiri), yaitu Izzatullah. Alif tersembunyi dalam naar adalah Izzat ar-Rasul, dan alif pertama (dari kiri) adalah Izzat al-Mumineen.

Realitas Rajab, Sya’ban, dan Ramadan

Bagaimana Tiga Alif Mewakili Tiga Bulan Suci
Perintah “Atiullaha wa atiur Rasula wa Ulil amre minkum” (Surat An-Nisa 4:59) tercermin dalam huruf-huruf insan, dengan setiap alif mewakili bulan suci dan tingkatan ketaatan:

﴾ياأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُواللَّه وَأَطِيعُوٱلرَّسُولَ وَأُوْلِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ…﴿٥٩
4:59 – “Ya ayyu hal latheena amanoo Atiullaha wa atiur Rasula wa Ulil amre minkum…” (Surat An-Nisa)
“Wahai orang-orang yang beriman, taatilah Allah, taatilah Rasul, dan ulil amr di antara kamu…” (Wanita, 4:59)

  1. Alif Pertama (dari kanan) – Atiullah – Rajab
    Alif pertama melambangkan Atiullah (ketaatan kepada Allah), terkait dengan bulan Rajab, bulan Allah (AJ). Ini adalah bulan untuk mencari Izzatullah melalui puasa, zikir, dan perjalanan spiritual menuju Kehadiran Ilahi.
  2. Alif Kedua (Tersembunyi dalam Naar) – Atiur Rasul – Sya’ban
    Alif kedua, tersembunyi dalam naar dari noon kedua, melambangkan Atiur Rasul (ketaatan kepada Rasulullah ﷺ), terkait dengan bulan Sya’ban, bulan Nabi Muhammad ﷺ. Di bulan ini, kita didandani dengan realitas Muhammadan dan Izzat ar-Rasul.
  3. Alif Ketiga (kadang sebagai fatha) – Ulil Amr – Ramadan
    Alif ketiga, yang kadang ditulis sebagai fatha, melambangkan Ulil amre minkum (para wali), terkait dengan bulan Ramadan. Ini adalah bulan Izzat al-Mumineen, di mana kita mengikuti ulil amr dan Husn ur-Rafiqa (sahabat yang baik) untuk menerima cahaya ilahi.

Lailatul Qadr: Puncak Pendandanan Cahaya
Ketika kita berada dalam Lailatul Qadr (Malam Kemuliaan) di bulan Ramadan, kita didandani oleh cahaya dari realitas Rajab (Izzatullah) dan Sya’ban (Izzat ar-Rasul). Berkat tarekat, awliyaullah selalu didandani oleh realitas Lailatul Qadr. Nabi Muhammad ﷺ bersabda:

رَجَبٌ شَهْرُ اللَّهِ ، وَشَعْبَانُ شَهْرِي ، وَرَمَضَانُ شَهْرُ أُمَّتِي
Rajabu shahr ullahi, wa Sha’banu shahryi, wa ramadanu shahru Ummati.
“Rajab adalah bulan Allah, Sya’ban adalah bulanku, dan Ramadan adalah bulan umatku.”

Berkat Mi’raj Nabi Muhammad ﷺ di Rajab
Satu-satunya cara mencapai Izzatullah adalah melalui Mi’raj Nabi Muhammad ﷺ (Malam Kenaikan) pada tanggal 27 Rajab. Di mana pun Nabi ﷺ bergerak dalam mi’raj-nya, beliau mendandani kita dengan berkatnya. Beliau menembus langit dan lebih jauh lagi, dan yang turun adalah hujan berkat bagi jiwa kita. Resep Nabi adalah berpuasa dan menunggu; realitas ini akan turun kepada kita.

Lailatul Bara’ah di Sya’ban: Hujan Rahmat Ilahi
Bulan Sya’ban memiliki Lailatul Bara’ah (Malam Keselamatan), malam kebebasan dari api, yang terjadi antara tanggal 14 dan 15 Sya’ban. Hadis Nabi Muhammad ﷺ menunjukkan bahwa ini adalah malam penuh keutamaan di mana umat manusia menerima Rahmat Ilahi khusus. Tanggal 15 Sya’ban juga merupakan titik tengah dari 90 hari suci (Rajab, Sya’ban, Ramadan), menandakan Tahun Baru spiritual. Kita dianjurkan untuk:

  • Melaksanakan Salatul Khair (100 rakaat).
  • Membaca Surat YaSin tiga kali dengan doa khusus dan niat:
    1. Untuk umur panjang.
    2. Perlindungan dari bencana.
    3. Ketergantungan hanya kepada Allah.

Lailatul Qadr di Ramadan: Anugerah Terbaik
Dalam Surat Al-Qadr, Allah (AJ) berfirman:

﴾تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّ‌وحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَ‌بِّهِم مِّن كُلِّ أَمْرٍ‌ ﴿٤
97:4 – “Tanazzalul malaikatu war Roh, fiha beizne Rabbihim min kulle amr.” (Surat Al-Qadr)
“Malaikat dan Ruh turun di dalamnya dengan izin Tuhan mereka untuk setiap perintah/urusan.” (Kemuliaan, 97:4)

Tanzil (penurunan) ini adalah hujan dari apa yang Nabi Muhammad ﷺ tembus dalam mi’raj-nya di Rajab. Hujan ini menyempurnakan jiwa kita di Lailatul Qadr. Allah (AJ) berfirman:

﴾لَيْلَةُ الْقَدْرِ‌ خَيْرٌ‌ مِّنْ أَلْفِ شَهْرٍ‌ ﴿٣
97:3 – “Laylatul Qadre khairum min alfe shahr.” (Surat Al-Qadr)
“Malam Kemuliaan lebih baik daripada seribu bulan.” (Kemuliaan, 97:3)

Jika kita mendapatkan berkat Lailatul Qadr, itu adalah pencapaian seumur hidup. Seribu bulan (83 tahun) menandakan bahwa cahaya ini lebih baik daripada seluruh hidup kita. Cahaya Al-Qur’an yang turun berasal dari Izzatullah, mendandani jiwa dengan anugerah terbaik.

Malam-Malam Suci Membuka Hati untuk Menyaksikan Wajah Suci

Semua malam suci ini, yang diajarkan Mawlana Syekh untuk kita jaga dan hargai, hanya untuk didandani olehnya. Jika Anda tidak merasakan apa-apa, itu tidak masalah. Yang penting adalah duduk, menunggu, dan meniru cara mereka. Didandani berulang-ulang oleh cahaya ini hingga pakaian itu cukup pada jiwa, sehingga mata hati dan mata jiwa mulai bergerak. Ia memiliki qudra (kekuatan) dan kebersihan yang membuka mata hati untuk mulai menyaksikan wajah suci mereka. Dari Wajah mereka, kita mulai menyaksikan Kehadiran suci mereka. Dari sana, seperti percikan menuju Esensi Ilahi.

Kita berdoa di bulan suci Rajab, semoga Allah (AJ) membukakan Izzatullah bagi kita, di Sya’ban Izzat ar-Rasul, dan di Ramadan Izzat al-Mumineen, serta didandani oleh cahaya dan berkat ini.

WAJAH, KEHADIRAN, DAN ESENSI

Insan Kamil – Manusia Sempurna (saw)

Realitas Angka Tiga
Allah (AJ) adalah Pencipta. Nabi Muhammad (saw) diciptakan dari Sifat Suci Allah, Al-Nur (Cahaya). Ciptaan kemudian mengambil dari cahaya Nabi Muhammad (saw), karena segala sesuatu diciptakan dari cahaya Nabi (saw). Seluruh ciptaan berasal dari angka tiga. Itulah mengapa kita mengulang segala sesuatu tiga kali dalam praktik, seperti mengucapkan syahadat tiga kali.

Bagaimana Tiga Alif Melambangkan Esensi, Kehadiran, dan Wajah Ilahi
Segala yang kita kontemplasikan dan semua realitas ini ada dalam kata insan. Tiga alif dalam kata insan (manusia) mewakili tiga Izzat (kehormatan): Izzatullahi, wa Izzatir Rasuli hi, wa Izzatil Mumineen (Keagungan Allah, kehormatan Nabi (saw), dan kehormatan orang-orang beriman).

﴾وَلِلَّهِ الْعِزَّةُ وَلِرَسُولِهِ وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَلَكِنَّ الْمُنَافِقِينَ لَا يَعْلَمُونَ ﴿٨
63:8 – “…Wa Lillahil ‘izzatu wa li Rasooli hi wa lil Mumineena wa lakinnal munafiqeena la y’alamoon…” (Surat Al-Munafiqoon)
“…Dan milik Allah-lah segala kemuliaan, dan milik Rasul-Nya, dan milik orang-orang beriman, tetapi orang-orang munafik tidak mengetahui.” (Orang-Orang Munafik, 63:8)

Ini menggambarkan tiga realitas utama: Esensi Ilahi, Kehadiran Ilahi, dan Wajah Ilahi.

Menghubungkan Tiga Bulan Suci dengan Esensi, Kehadiran, dan Wajah Ilahi
Realitas ini dapat digambarkan dalam tiga bulan suci kalender Hijriah: Rajab, Sya’ban, dan Ramadan. Untuk mencapai Izzat dan Esensi Ilahi, rahasia Rajab, tersembunyi dalam Kehadiran Sya’ban, yaitu realitas kenabian Sayyidina Muhammad (saw) dan semua nabi. Rahasia Ramadan adalah Wajah Suci. Segala yang kita dekati memiliki wajah. Dari wajahnya, ada kehadiran, dan dalam kehadiran itu ada rahasia. Mereka yang cukup cerdas untuk bergerak ke lautan Kehadiran itu, menyelam menuju rahasianya. Realitas Rajab adalah Esensi Ilahi, Sya’ban adalah Kehadiran Ilahi, dan Ramadan adalah Wajah Ilahi.

  • Rajab = Cahaya Esensi
  • Sya’ban = Cahaya Kehadiran
  • Ramadan = Cahaya Wajah

Semua Musnah Kecuali Wajah Suci (Al-Qur’an 28:88)
Wajah adalah yang Anda lihat. Wajah menarik Anda ke Kehadiran. Kehadiran menarik Anda ke Esensi. Allah (AJ) berfirman dalam Al-Qur’an: “Segala sesuatu musnah kecuali Wajah-Nya.” Oleh karena itu, kita mempelajari wajah.

﴾كُلُّ شَيْءٍ هَالِكٌ إِلَّا وَجْهَهُ لَهُ الْحُكْمُ وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ ﴿٨٨
28:88 – “…kullu shayin halikun illa wajhahu la hulhukmu wa ilayhi turja`oon” (Surat Al-Qasas)
“…Segala sesuatu musnah kecuali Wajah-Nya. Bagi-Nya segala perintah, dan kepada-Nya kamu akan dikembalikan.” (Kisah, 28:88)

Dari ajaran Mawlana Syekh untuk tafakkur (kontemplasi), masuklah dalam realitas ini. Segala sesuatu musnah, jadi jangan fokus pada yang musnah, tetapi pada yang abadi. Jika Anda merenungkan pohon, tomat, atau sesuatu dari dunia (dunya), itu musnah. Yang Ilahi mengingatkan: mengapa fokus pada yang musnah dan fana? Secara sifatnya, segala yang fana adalah palsu. Yang abadi saja yang patut disembah. Yang abadi harus menjadi fokus utama kita.

Kita Harus Berjuang Mencapai Esensi Ilahi
Apa yang Anda lakukan dengan tiga Izzat (Keagungan Allah, Nabi-Nya, dan orang-orang beriman)? Apa yang Anda lakukan dengan Pengetahuan Ilahi yang dipelajari? Pengetahuan itu ada untuk menarik Anda masuk. Anda mempelajari realitas, dan itu menarik Anda ke dalam realitas tersebut. Mempelajari pengetahuan ini satu hal, tetapi yang Anda inginkan adalah mencapai Esensi Ilahi.

Untuk Mengakses Rahasia di Dalam Ruangan, Anda Harus Masuk Lewat Pintu
Analogi lain adalah ruangan. Anda harus melewati pintu, karena pintu membuka ruangan. Tamu tidak berhenti di ruangan, tetapi bergerak menuju rahasia dalam ruangan itu, yaitu Esensi Suci. Untuk sampai ke Kehadiran (ruangan), Anda harus masuk melalui pintu. Kemudian, Anda bisa menuju Esensi di dalam ruangan. Anda akan menyaksikan apa yang Allah (AJ) dan Nabi (saw) ingin tunjukkan dari Esensi itu. Ini bukan berarti Anda mencapai Esensi, tetapi yang Allah (AJ) inginkan adalah Anda sampai ke Kehadiran. Anda bisa sampai ke Kehadiran melalui pintu (wajah).

  • Pintu = Wajah
  • Ruangan = Kehadiran
  • Rahasia di dalam ruangan = Esensi

﴾يُؤْتِي الْحِكْمَةَ مَن يَشَاءُ ۚ وَمَن يُؤْتَ الْحِكْمَةَ فَقَدْ أُوتِيَ خَيْرًا كَثِيرًا ۗ وَمَا يَذَّكَّرُ إِلَّا أُولُو الْأَلْبَابِ ﴿٢٦٩
2:269 – “Yu’til Hikmata mai yasha o; wa mai yutal Hikmata faqad otiya khairan kaseeraa; wa maa yazzakkaru illaa ulul albaab.” (Surat Al-Baqarah)
“Dia memberikan hikmah kepada siapa yang Dia kehendaki, dan barang siapa diberi hikmah, sungguh dia telah diberi kebaikan yang banyak. Dan tidak ada yang mengingat kecuali orang-orang yang memiliki akal.” (Sapi Betina, 2:269)

﴾ياأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُواللَّه وَأَطِيعُوٱلرَّسُولَ وَأُوْلِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ ﴿٥٩
4:59 – “Ya ayyu hal latheena amanoo Atiullaha wa atiur Rasoola wa Ulil amre minkum…” (Surat An-Nisa)
“Wahai orang-orang yang beriman, taatilah Allah, taatilah Rasul, dan ulil amr di antara kamu…” (Wanita, 4:59)

Ulil Amr Mewakili Wajah yang Membawa Kita ke Atiur Rasul
Allah (AJ) berfirman: “Taatilah Allah, taatilah Rasul, dan ulil amr di antara kamu” (Al-Qur’an, 4:59). Wajah adalah pintu untuk masuk ke ruangan. Siapa Wajah itu? Ulil amr (para wali) adalah Wajah. Mereka membawa Anda ke Atiur Rasul (Nabi Muhammad (saw)), yaitu Kehadiran, dan di dalam ruangan adalah Esensi. Esensi ada di hati Nabi (saw), sebagaimana disampaikan dalam hadis qudsi:

مَا وَسِعَنِيْ لَا سَمَائِيْ وَلَا أَرْضِيْ وَلَكِنْ وَسِعَنِيْ قَلْبِ عَبْدِيْ الْمُؤْمِنْ
“Maa wasi`anee laa Samayee, wa la ardee, laakin wasi’anee qalbi ‘Abdee al Mu’min.”
“Langit-Ku dan bumi-Ku tidak dapat menampung-Ku, tetapi hati hamba-Ku yang beriman dapat menampung-Ku.” (Hadis Qudsi yang disampaikan oleh Nabi Muhammad (saw))

Kita Harus Masuk Lewat Pintu untuk Merasakan Kehadiran

  • Wajah = Pintu = Ulil Amr (para wali)
  • Kehadiran = Ruangan = Rasulullah (saw)
  • Esensi = Rahasia di Dalam Ruangan = Esensi Ilahi

Mawlana Syekh menyebutkan dalam salah satu ceramah terbarunya untuk “pergi ke INN”, yang berarti Rumah, Ruangan. Ia menjelaskan bahwa “Allah (swt) berfirman: datanglah ke rumah-rumah dari pintu-pintunya – abwabiha… Allah swt berfirman dalam Al-Qur’an, jika kamu ingin sampai ke dirimu sendiri, ke hatimu, ke penginapanmu, untuk melihat Allah dan Nabi-Nya, di sana kamu akan merasakan cahaya-Nya dan Kehadiran Ilahi; maka masuklah melalui pintu…”

﴾وَلَيْسَ الْبِرُّ بِأَن تَأْتُوا الْبُيُوتَ مِن ظُهُورِهَا وَلَـٰكِنَّ الْبِرَّ مَنِ اتَّقَىٰ ۗ وَأْتُوا الْبُيُوتَ مِنْ أَبْوَابِهَا ۚ وَاتَّقُوا اللَّـهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ ﴿١٨٩
2:189 – “…Wa laysal birru bi-an tatol buyoota min zuhooriha wa lakinnal birra manit taqa, wa’ tol buyoota min abwabiha, wat taqollaha la’allakum tuflihoon.” (Surat Al-Baqarah)
“…Dan bukanlah kebajikan masuk ke rumah-rumah dari belakang, tetapi kebajikan adalah dari orang yang bertakwa. Dan masuklah ke rumah-rumah dari pintu-pintunya. Dan bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung.” (Sapi Betina, 2:189)

Latihan Meditasi Menggunakan Wajah Awliya
Gunakan Wajah (awliya) melalui latihan meditasi Anda dan mohon untuk didandani oleh mereka hingga Anda mencapai wajah mereka. Wajah mereka kemudian membuka Kehadiran karena awliya adalah Rabb in-Nas (Tuan Manusia) dari Surat An-Nas. Jika Anda fokus pada Wajah, Rabb in-Nas (Tuan Manusia), mereka membuka Kerajaan Kehadiran, Malik in-Nas (Raja Manusia). Dari situ terbuka Ilah in-Nas (Tuhan Manusia).

﴾قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ ﴿١﴾ مَلِكِ النَّاسِ ﴿٢﴾ إِلَـٰهِ النَّاسِ ﴿٣
114:1-3 – “Qul a’oozu birabbin naas. (1) Malikin naas. (2) Ilaahin naas. (3)” (Surat An-Nas)
“Katakanlah: Aku berlindung kepada Tuhan Manusia (1), Raja Manusia (2), Tuhan Manusia (3)” (Manusia, 114:1-3)

  • Wajah = Ulil Amr (yang berwenang) = Rabb in-Nas (Jiwa-jiwa Tuhan Manusia)
  • Kehadiran = Rasulullah (saw) = Malik in-Nas (Raja Manusia)
  • Esensi = Esensi Ilahi = Ilah in-Nas (Tuhan Manusia)

Mencari Rabbaniyun
Allah (AJ) ada di hati Nabi (saw). Ketiga realitas ini menarik kita ke Wajah, Kehadiran, dan Esensi. Oleh karena itu, Allah (AJ) berfirman, “Segala sesuatu musnah kecuali Wajah Suci.” (Al-Qur’an, 28:88) Allah (AJ) menunjukkan kita untuk menemukan rabbaniyun (jiwa-jiwa Tuhan).

﴾وَلَـٰكِن كُونُوا رَ‌بَّانِيِّينَ بِمَا كُنتُمْ تُعَلِّمُونَ الْكِتَابَ وَبِمَا كُنتُمْ تَدْرُ‌سُونَ ﴿٧٩
3:79 – “…wa lakin kono rabbaniyena bima kuntum tu`allimoonal kitaba wabima kuntum tadrusoon.” (Surat Ali-Imran)
“…Jadilah jiwa-jiwa Tuhan/hamba-hamba setia karena kamu telah mengajarkan Kitab dan mempelajarinya dengan sungguh-sungguh.” (Keluarga Imran, 3:79)


Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *