Rahasia Huruf Sin

Huruf Arab Seen setara dengan huruf ‘S’ dalam alfabet Inggris. 

Rahasia: Tuan dari Jiwa, Jantung Al-Quran YaSeen 

Posisi ke-15 Abjad 

Penempatan Dunya 12, 

Nilai = “60”

15 Baris di Tangan Rahasia Tuan dari Sayedena Muhammad {s}

Tanggal 15 adalah Bulan Purnama, Kesempurnaan Realitas Muhammadan. 

Posisi ke-12 di Arab Dunya 12 dari Raby Awal

12 adalah Penyempurnaan dari Rahasia Ilahi

12 suku 12 mata air 12 Imam 12 Bulan

Seluruh Al-Qur’an adalah BismiAllahAlRahmanAlRahiim = 786 juga = 21

21 adalah Cermin dari “12” 

Rahasia yang diperlihatkan oleh Sayedena YaSeen adalah Al-Quran.

Dia adalah Berjalan Hidup Quran 12, karena Seen adalah huruf kedua belas dalam rangkaian karakter Arab.

Terlihat dalam numerologi Arab yang dikenal sebagai Abjad, memiliki nilai 60.
Artikel ini adalah tentang makna spiritual dari huruf Seen.

PENDAHULUAN

Dalam Wahyu pertama yang diterima oleh Muhammad dari Allah melalui Jibril ( ) adalah

“Read: In the name of your Rabb” [Quran: Al Alaq Chapter 96]

Baca apa? Baca Bismi Rabbik.

Baca: Ba, {Bahr Qudra}

Sin {Sir Muhammad}, Meem {Dalam Penciptaan Muhammad}, 

Bismi.

Huruf Ba dan Meem sudah termasuk dalam situs web ini.

Sekarang kita akan melihat huruf Arab Seen.

Ini adalah huruf kedua dalam ayat Bismillah, yang ditampilkan di bagian atas halaman ini.

Huruf Sin

Jibril ( ) mengucapkan Pesan Allah, Muhammad mendengarkan.

Kemudian Muhammad mengulangi Pesan Allah setelah mendengarkan Jibril ( ) dan Jibril ( ) mendengarkan. 

Apa arti dari surat yang dilihat?

Untuk menemukannya, kita perlu melihat arti kata INSAN.

MAKNA INSAN

Allah menciptakan manusia dan menyebutnya dengan sebutan INSAN.
خَلَقَ الْإِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ
Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. [Quran Al alaq].
Kata INSAN terdiri dari lima huruf Arab, yaitu Alif, Noon, Seen, Alif  dan  Noon.

Dia menempatkan rahasia-rahasia-Nya di dalam diri manusia.

Alif – Pertama-tama ada Allah (Alif) dan tidak ada sesuatu pun di samping-Nya.

Noon – Kemudian Dia menciptakan dunia (Noon) yang telah ditulis oleh 

Qalam (Pena). Allah kemudian menempatkan manusia di bumi. Dia tidak mengirim manusia dengan tangan kosong. Terlihat – Dia menempatkan Sirr (Rahasia) Nya, di dalam diri manusia.

12-21 Cermin Al-Quran

Mengenakan pakaian Muhammadan RasulAllah.

Alif -Manusia telah diutus untuk menemukan Rahasia ini sebelum dia kembali kepada Allah (Alif). Hanya Allah yang akan ada tanpa ada yang lain di sampingNya. Dia akan menciptakan kembali manusia untuk kedua kalinya dan dia akan dihisab.

Nun -Manusia kemudian akan melanjutkan ke kehidupan berikutnya di dunia berikutnya (Siang) yang bisa berupa surga atau neraka tergantung pada kinerjanya di dunia sekarang.

Sirr adalah Rahasia (Sin) dari Rabb (Ra) yang ditempatkan di dalam diri manusia. 

Al-Quran adalah petunjuk dan pengingat untuk menemukan rahasia ini. 

Apakah rahasianya?

APA RAHASIANYA?

Rahasianya adalah pendengaran. Hal ini ditampilkan di awal Al-Quran:

الۤمّۤۚ
Alif Laam Meem

ذٰلِكَ الْكِتٰبُ لَا رَيْبَۛ فِيْهِۛ هُدًى لِّلْمُتَّقِيْنَۙ
Kitab (Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan di dalamnya; (ia merupakan) petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa,.[Quran: Al Baqara Chapter 2]
Jika kita melihat ayat ketiga dikatakan: 

Yang beriman kepada yang gaib…

Bagaimana seseorang bisa beriman kepada yang gaib?

Jika seseorang tidak dapat melihat sesuatu yang tersembunyi, ia membutuhkan seseorang untuk memberitahunya tentang hal itu. Orang tersebut harus mendengarkan, atau mendengar, orang yang mengetahui tentang hal yang gaib atau yang tersembunyi.

ATRIBUT PENDENGARAN

Huruf Seen mewakili sifat pendengaran.  Allah menyebutkan sifat-Nya sebagai As Samee (yang dimulai dengan huruf Dilihat) – Yang Maha Mendengar. Ada beberapa kombinasi yang berbeda dari sifat Mendengar yang digunakan dalam Al-Quran dalam kaitannya dengan Allah. Mereka adalah 

1) As Samee ul Aleem (Yang Maha Mendengar lagi Maha Bijaksana)

2) As Samee ul Baseer (Mendengar dan Melihat)

3) As Samee un Qareeb (Mendengar dan Dekat) Setiap kali, sifat Samee disebutkan pertama kali. Dia memberikan kemampuan ini kepada makhluk-Nya untuk mendengar, untuk menyimak. Untuk menekankan pentingnya pendengaran, hal ini dinyatakan lebih lanjut:
إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا سَوَاءٌ عَلَيْهِمْ أَأَنْذَرْتَهُمْ أَمْ لَمْ تُنْذِرْهُمْ لَا يُؤْمِنُونَ

Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, kamu beri peringatan atau tidak kamu beri peringatan, mereka tidak juga akan beriman. 

خَتَمَ اللَّهُ عَلَىٰ قُلُوبِهِمْ وَعَلَىٰ سَمْعِهِمْ ۖ وَعَلَىٰ أَبْصَارِهِمْ غِشَاوَةٌ ۖ وَلَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ

Allah telah mengunci-mati hati dan pendengaran mereka, dan penglihatan mereka ditutup. Dan bagi mereka siksa yang amat berat.
[Quran: Al Baqara Chapter 2]

Bagi orang-orang kafir, Allah telah menutup jalan ini. 

Perhatikan bahwa dari semua panca indera, penglihatan, sentuhan, pengecapan, penciuman dan pendengaran, indera pendengaranlah yang pertama kali disebut dalam Al-Quran. Mengapa ada penekanan pada pendengaran?

PENDENGARAN LEBIH UNGGUL DARIPADA PENGLIHATAN

Melalui pendengaran, seseorang dapat menerima atau menolak apa yang didengar. 

Sejauh menyangkut penglihatan, penglihatan memiliki kekurangan dan rentan terhadap kesalahan. 

Contoh yang baik dari cacatnya penglihatan adalah bahwa matahari tampak seperti piringan bundar kecil yang rata yang ditempatkan di langit. Padahal pada kenyataannya, ukurannya berkali-kali lipat lebih besar dari bumi dan berbentuk bulat. Oleh karena itu, mata tidak dapat diandalkan. Di sisi lain, para penyembah berhala mengandalkan tuhan yang dapat mereka lihat.  Di sinilah mereka disesatkan dari kenyataan. 

Mereka menyembah patung, matahari, atau bintang. Ibrahim ( ) berpaling dari semua itu karena mereka semua memiliki kekurangan. Misalnya matahari menghilang pada malam hari. Bintang-bintang menghilang, atau tersembunyi, di siang hari. Ibrahim ( ) menggunakan logikanya dan memutuskan, bagaimana mungkin ‘Tuhan’ dapat sepenuhnya terlihat di siang hari dan kemudian terbenam di malam hari? Atau bagaimana mungkin ‘Tuhan’ bisa terlihat di malam hari dan menghilang di siang hari? Dia menolak patung-patung itu karena mereka tidak bisa mendengar atau berbicara.

PANGGILAN PERTAMA

Pertimbangkan seorang bayi yang baru lahir. Mata bayi tidak dapat fokus. Bayi tidak dapat membedakan

objek. Butuh waktu berbulan-bulan bagi bayi untuk belajar memfokuskan mata dan membedakan objek. Di sisi lain, pendengaran bayi yang baru lahir sudah berfungsi penuh.

Bagi umat Islam, sudah menjadi kewajiban mereka bahwa suara pertama yang sampai ke telinga bayi yang baru lahir adalah panggilan Azan. Jiwa terhibur bahwa ia telah datang ke rumah tangga Muslim. Dan diingatkan bahwa ia datang dari Allah dan suatu hari nanti akan kembali kepada Allah. 

Tindakan mengumandangkan azan di telinga bayi yang baru lahir ini menegaskan bahwa suara dan pendengaran jauh lebih unggul daripada penglihatan. Hal ini ditegaskan berkali-kali dalam Al-Quran:

ثُمَّ سَوّٰىهُ وَنَفَخَ فِيْهِ مِنْ رُّوْحِهٖ وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْاَبْصَارَ وَالْاَفْـِٕدَةَۗ قَلِيْلًا مَّا تَشْكُرُوْنَ
Kemudian, Dia menyempurnakannya dan meniupkan roh (ciptaan)-Nya ke dalam (tubuh)-nya. Dia menjadikan pendengaran, penglihatan, dan hati nurani untukmu. Sedikit sekali kamu bersyukur.
[Quran: As Sajda Chapter 32]
PESAN DARI ALLAH

Pada awalnya Firman, Pesan Allah hanya dapat masuk ke dalam hati dan pikiran kita melalui indra pendengaran. 

Jika kita terlahir tuli, maka Pesan Allah tidak akan mudah dipahami. 

Untuk beriman kepada Pesan Allah, kita membutuhkan seseorang untuk menyampaikannya kepada kita. 

Kita perlu mendengar pesan tersebut.

Bahkan ketika membaca, otak mengubah huruf-huruf menjadi suara yang kemudian dipahami, meskipun suaranya tidak terdengar. 

Dalam hal ini kita ‘mendengarkan’ otak kita sendiri. 

Di dalam Al-Quran, ada banyak kisah tentang para Rasul Allah ( ) yang memperingatkan komunitas mereka. Bagaimana cara mereka memperingatkan komunitas mereka? Dengan memanggil mereka. Dengan membuat mereka mendengar.


BICARA – PELENGKAP PENDENGARAN

Kembali ke contoh bayi, anak, seiring dengan pertumbuhannya, mendengarkan bahasa orang tua. Kemudian anak meniru suara-suara itu dan mulai mengucapkan kata-kata pertama.

Ucapan dipelajari melalui indra pendengaran dan bukan melalui mata. Ketika mendengarkan Al-Quran, kita harus mendengarkannya seolah-olah untuk pertama kalinya. Hanya dengan begitu kita dapat belajar. Ini adalah proses yang sama dengan proses belajar seorang anak. Ketika wahyu pertama diterima, wahyu itu tidak ditulis di atas kertas. Wahyu tersebut disampaikan melalui suara yang dibuat oleh Jibril ( ) dan Muhammad mendengarkannya. Setelah mendengarkan Pesan tersebut, Muhammad mengulanginya. Kemampuan pendengaran adalah sebuah saluran bagi jiwa kita. Sebagian besar dari kita telah melihat dan mengamati seorang penghipnotis. Yang dilakukan penghipnotis hanyalah menggunakan suaranya dan menyuruh orang yang dihipnotis untuk mendengarkan suaranya. Penghipnotis mencoba menjangkau jiwa dengan membuatnya mendengar. Jika mata adalah jendela menuju jiwa kita, maka telinga adalah pintu menuju jiwa kita. 

Indra pendengaran adalah pintu masuk menuju jiwa kita. Hal ini telah ditunjukkan dalam Al-Quran sebagai berikut:

وَاِذَا سَمِعُوْا مَآ اُنْزِلَ اِلَى الرَّسُوْلِ تَرٰٓى اَعْيُنَهُمْ تَفِيْضُ مِنَ الدَّمْعِ مِمَّا عَرَفُوْا مِنَ الْحَقِّۚ يَقُوْلُوْنَ رَبَّنَآ اٰمَنَّا فَاكْتُبْنَا مَعَ الشّٰهِدِيْنَ

83 Apabila mereka mendengar sesuatu (Al-Qur’an) yang diturunkan kepada Rasul (Nabi Muhammad), engkau melihat mata mereka bercucuran air mata disebabkan kebenaran yang telah mereka ketahui (dari kitab-kitab mereka sendiri). Mereka berkata, “Ya Tuhan kami, kami telah beriman. Maka, catatlah kami bersama orang-orang yang menjadi saksi (atas kebenaran Al-Qur’an dan kenabian Muhammad).
[Quran: Al Maidah]
وَمِنْهُمْ مَنْ يَسْتَمِعُ إِلَيْكَ ۖ وَجَعَلْنَا عَلَىٰ قُلُوبِهِمْ أَكِنَّةً أَنْ يَفْقَهُوهُ وَفِي آذَانِهِمْ وَقْرًا ۚ وَإِنْ يَرَوْا كُلَّ آيَةٍ لَا يُؤْمِنُوا بِهَا ۚ حَتَّىٰ إِذَا جَاءُوكَ يُجَادِلُونَكَ يَقُولُ الَّذِينَ كَفَرُوا إِنْ هَٰذَا إِلَّا أَسَاطِيرُ الْأَوَّلِينَ

Dan di antara mereka ada orang yang mendengarkani (bacaan)mu, padahal Kami telah meletakkan tutupan di atas hati mereka (sehingga mereka tidak) memahaminya dan (Kami letakkan) sumbatan di telinganya. Dan jikapun mereka melihat segala tanda (kebenaran), mereka tetap tidak mau beriman kepadanya. Sehingga apabila mereka datang kepadamu untuk membantahmu, orang-orang kafir itu berkata: “Al-Quran ini tidak lain hanyalah dongengan orang-orang dahulu”.
[Quran: Al Anaam Chapter 6]

TABIR PADA PENDENGARAN

Pada contoh pertama, orang-orang beriman mendengarkan dan mereka mengenali Kebenaran ketika mendengarnya.

Hal ini karena Rahmat Allah yang tidak menutup hati, pikiran dan pendengaran orang beriman. Pada contoh kedua, orang-orang kafir hanya mendengar untuk berdebat. Allah tidak mengizinkan mereka untuk memahami risalah. Contoh ketiga dari kata mendengar adalah sebagai berikut:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تَقُوْلُوْا رَاعِنَا وَقُوْلُوا انْظُرْنَا وَاسْمَعُوْا وَلِلْكٰفِرِيْنَ عَذَابٌ اَلِيْمٌ
104 Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu katakan, “Rā‘inā.” Akan tetapi, katakanlah, “Unẓurnā” dan dengarkanlah. Orang-orang kafir akan mendapat azab yang pedih.
[Quran: Al Baqara]
Ketika kita mendengarkan seseorang, orang tersebut masuk ke dalam jiwa kita melalui pendengaran kita. Orang tersebut masuk ke alam bawah sadar kita. Allah melarang orang-orang beriman untuk mengatakan kepada Muhammad untuk mendengarkan mereka. 

Orang beriman tidak memiliki hak untuk menyerang jiwa seorang Utusan Allah. 

Para Utusan Allah ( ) memiliki hak untuk menyampaikan Pesan Allah kepada jiwa kita. 

Mereka adalah tuan dan guru kita. Tugas mereka adalah menyampaikan risalah Allah kepada masyarakat mereka. Terserah kepada Allah apakah Pesan itu sampai kepada pendengarnya atau tidak.

BISIKAN SETAN

Di sisi lain, Setan berbisik di dalam jiwa kita. Dan kita mendengarnya, tidak secara nyata tetapi secara tidak sadar. Contoh dari hal ini diberikan di bawah ini:
وَإِمَّا يَنْزَغَنَّكَ مِنَ الشَّيْطَانِ نَزْغٌ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ ۖ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ

36 Dan jika syetan mengganggumu dengan suatu gangguan, maka mohonlah perlindungan kepada Allah. Sesungguhnya Dialah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. [Quran: Fussillat]

Dalam contoh di atas, untuk mengusir sugesti jahat, bisikan-bisikan itu, kita perlu berlindung kepada Allah dengan membaca Auzu Billah dan ayat-ayat Al-Quran lainnya. Bisikan itu terjadi di dalam jiwa. Penangkal dari bisikan itu adalah suara Nama Allah dan ayat-ayat Al-Quran. Jadi penawarnya dilafalkan oleh tubuh. Dan pendengarannya dilakukan oleh ruh.

SUARA KEHIDUPAN DAN KEMATIAN

Sejauh menyangkut kehidupan, kematian, dan kebangkitan, bahkan hal-hal tersebut berhubungan dengan suara dan pendengaran. Di bawah ini adalah beberapa contoh dari Al-Quran tentang suara dan pendengaran:

وَاِذْ قَالَ اِبْرٰهٖمُ رَبِّ اَرِنِيْ كَيْفَ تُحْيِ الْمَوْتٰىۗ قَالَ اَوَلَمْ تُؤْمِنْۗ قَالَ بَلٰى وَلٰكِنْ لِّيَطْمَىِٕنَّ قَلْبِيْۗ قَالَ فَخُذْ اَرْبَعَةً مِّنَ الطَّيْرِفَصُرْهُنَّ اِلَيْكَ ثُمَّ اجْعَلْ عَلٰى كُلِّ جَبَلٍ مِّنْهُنَّ جُزْءًا ثُمَّ ادْعُهُنَّ يَأْتِيْنَكَ سَعْيًاۗ وَاعْلَمْ اَنَّ اللّٰهَ عَزِيْزٌحَكِيْمٌࣖ

260 (Ingatlah) ketika Ibrahim berkata, “Ya Tuhanku, perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan orang-orang mati.” Dia (Allah) berfirman, “Belum percayakah engkau?” Dia (Ibrahim) menjawab, “Aku percaya, tetapi agar hatiku tenang.” Dia (Allah) berfirman, “Kalau begitu, ambillah empat ekor burung, lalu dekatkanlah kepadamu (potong-potonglah). Kemudian, letakkanlah di atas setiap bukit satu bagian dari tiap-tiap burung. Selanjutnya, panggillah mereka, niscaya mereka datang kepadamu dengan segera.” Ketahuilah bahwa Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.
[Quran: Al Baqara]

Di sini, burung-burung diajari untuk merespons suara tuannya. 

Ketika tuannya memanggil, mereka terbang ke arahnya. Kemudian mereka dibunuh dan bagian-bagiannya dicampur dan ditempatkan di setiap bukit. Ketika Ibrahim ( ) memanggil mereka setelah membunuh mereka, mereka bangkit dari kematian dan terbang menuju tuannya. Demikian pula halnya dengan Hari Kiamat dan Hari Pembalasan:

وَنُفِخَ فِي الصُّورِ فَصَعِقَ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَمَنْ فِي الْأَرْضِ إِلَّا مَنْ شَاءَ اللَّهُ ۖ ثُمَّ نُفِخَ فِيهِ أُخْرَىٰ فَإِذَا هُمْ قِيَامٌ يَنْظُرُونَ
68 Dan ditiuplah sangkakala, maka matilah siapa yang di langit dan di bumi kecuali siapa yang dikehendaki Allah. Kemudian ditiup sangkakala itu sekali lagi maka tiba-tiba mereka berdiri menunggu (putusannya masing-masing).
[Quran: Az Zumar]
 
Akhirnya adalah dengan suara dan pendengaran dari tiupan pertama. Kemudian kebangkitan juga akan terjadi dengan suara dan pendengaran dari tiupan kedua. 

Rahasia suara dan pendengaran ini membuka rahasia lain.

لَهُمْ فِيهَا زَفِيرٌ وَهُمْ فِيهَا لَا يَسْمَعُونَ
100 Mereka merintih di dalam api dan mereka di dalamnya tidak bisa mendengar.
إِنَّ الَّذِينَ سَبَقَتْ لَهُمْ مِنَّا الْحُسْنَىٰ أُولَٰئِكَ عَنْهَا مُبْعَدُونَ
101 Bahwasanya orang-orang yang telah ada untuk mereka ketetapan yang baik dari Kami, mereka itu dijauhkan dari neraka,
لَا يَسْمَعُونَ حَسِيسَهَا ۖ وَهُمْ فِي مَا اشْتَهَتْ أَنْفُسُهُمْ خَالِدُونَ
102 mereka tidak mendengar sedikitpun suara api neraka, dan mereka kekal dalam menikmati apa yang diingini oleh mereka..

لَا يَحْزُنُهُمُ الْفَزَعُ الْأَكْبَرُ وَتَتَلَقَّاهُمُ الْمَلَائِكَةُ هَٰذَا يَوْمُكُمُ الَّذِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ
103 Mereka tidak disusahkan oleh kedahsyatan yang besar (pada hari kiamat), dan mereka disambut oleh para malaikat. (Malaikat berkata): “Inilah harimu yang telah dijanjikan kepadamu”. [Quran: Al Anbiyaa]
 
Dalam ayat-ayat di atas, mereka yang berada di neraka tidak akan mendengarnya.

Mereka yang berada di surga akan terlindung dari suara ratapan. Sebagai gantinya, mereka akan memiliki 

apa yang jiwa mereka inginkan dan suara malaikat yang menyambut mereka.

RAHASIA JIWA

Rahasia jiwa adalah bahwa ia tumbuh subur dengan suara. 

Suara itu bisa berupa Zikir kepada Allah atau bisa juga berupa bisikan setan dan obrolan yang tidak berguna atau suara itu bisa berupa musik dan lagu.

Zikir kepada Allah, bacaan Al-Quran membuat seseorang bersandar kepada Allah. 

Bisikan setan dan obrolan yang tidak bermanfaat membuat orang tersebut condong kepada setan. 

Di neraka, jiwa akan terhalang dari suara-suara. Di surga, ia akan mendapatkan apa yang diinginkannya.  Apa yang diinginkannya adalah suara Allah dan suara Muhammad.

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اَطِيْعُوا اللّٰهَ وَرَسُوْلَهٗ وَلَا تَوَلَّوْا عَنْهُ وَاَنْتُمْ تَسْمَعُوْنَ
20 Wahai orang-orang yang beriman, taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berpaling dari-Nya, padahal kamu mendengar (perintah dan larangan-Nya).
وَلَا تَكُوْنُوْا كَالَّذِيْنَ قَالُوْا سَمِعْنَا وَهُمْ لَا يَسْمَعُوْنَۚ

21 Janganlah kamu menjadi seperti orang-orang (munafik dan musyrik) yang berkata, “Kami mendengarkan.” Padahal, mereka tidak mendengarkan (tidak mengamalkannya).
اِنَّ شَرَّ الدَّوَاۤبِّ عِنْدَ اللّٰهِ الصُّمُّ الْبُكْمُ الَّذِيْنَ لَا يَعْقِلُوْنَ

22 Sesungguhnya seburuk-buruk makhluk yang bergerak di atas bumi dalam pandangan Allah ialah mereka yang tuli dan bisu (tidak mau mendengar dan tidak mau mengatakan kebenaran), yaitu orang-orang yang tidak mengerti.
وَلَوْ عَلِمَ اللّٰهُ فِيْهِمْ خَيْرًا لَّاَسْمَعَهُمْۗ وَلَوْ اَسْمَعَهُمْ لَتَوَلَّوْا وَّهُمْ مُّعْرِضُوْنَ

23 Seandainya Allah mengetahui ada kebaikan pada diri mereka, pasti Dia jadikan mereka dapat mendengar. Seandainya Allah menjadikan mereka dapat mendengar, niscaya mereka berpaling dan memang memalingkan diri.
[Quran: Al Anfal Chapter 8]
Sebagaimana tubuh membutuhkan makanan yang teratur untuk tetap sehat, jiwa juga membutuhkan Zikir kepada Allah secara teratur untuk tetap sehat. Zikir kepada Allah adalah makanan bagi jiwa.

KEMBALI KE Huruf SIn

Sekarang kembali ke surat Al-Fatihah, dari Al-Quran, surah pertama yang muncul di benak kita adalah Yaasin.

Surat ini dianggap sebagai jantung dari Al-Quran.

Mari kita lihat beberapa ayat dari surat tersebut:
يٰسۤۚ
1 Ya Seen
وَالْقُرْاٰنِ الْحَكِيْمِۙ

2 Demi Al-Qur’an yang penuh hikmah,
[Quran: Ya Seen ]
Al-Quran penuh dengan hikmah, seperti yang dikatakan dalam ayat kedua di atas. Oleh karena itu, ayat pertama harus memiliki makna spiritual yang lebih dalam. 

Jika surah 36 adalah jantung dari Al-Quran, maka inti dari surah tersebut pasti ada di dalam surah ini. Petunjuknya adalah ayat pertama dan itu adalah Yaasin. Ini seperti seseorang yang memanggil seorang pendengar. Jika ini adalah panggilan kepada pendengar, maka pertanyaannya adalah: Apa pesannya? 

Pesan itu adalah: 

سَلٰمٌۗ قَوْلًا مِّنْ رَّبٍّ رَّحِيْمٍ

58 (Kepada mereka dikatakan,) “Salam sejahtera” sebagai ucapan dari Tuhan Yang Maha Penyayang.
[Quran: Ya Seen]
Itu adalah suara Rabb yang ingin didengar oleh jiwa. Penglihatan tidak masuk ke dalamnya. Pesannya adalah Salaam. Itu adalah pesan yang dapat didengar. Bukan pesan visual.
وَلَمَّا جَاءَ مُوسَىٰ لِمِيقَاتِنَا وَكَلَّمَهُ رَبُّهُ قَالَ رَبِّ أَرِنِي أَنْظُرْ إِلَيْكَ ۚ قَالَ لَنْ تَرَانِي وَلَٰكِنِ انْظُرْ إِلَى الْجَبَلِ فَإِنِ اسْتَقَرَّ مَكَانَهُ فَسَوْفَ تَرَانِي ۚ فَلَمَّا تَجَلَّىٰ رَبُّهُ لِلْجَبَلِ جَعَلَهُ دَكًّا وَخَرَّ مُوسَىٰ صَعِقًا ۚ فَلَمَّا أَفَاقَ قَالَ سُبْحَانَكَ تُبْتُ إِلَيْكَ وَأَنَا أَوَّلُ الْمُؤْمِنِينَ
143 Dan tatkala Musa datang untuk (munajat dengan Kami) pada waktu yang telah Kami tentukan dan Tuhan telah berfirman (langsung) kepadanya, berkatalah Musa: “Ya Tuhanku, nampakkanlah (diri Engkau) kepadaku agar aku dapat melihat kepada Engkau”. Tuhan berfirman: “Kamu sekali-kali tidak sanggup melihat-Ku, tapi lihatlah ke bukit itu, maka jika ia tetap di tempatnya (sebagai sediakala) niscaya kamu dapat melihat-Ku”. Tatkala Tuhannya menampakkan diri kepada gunung itu, dijadikannya gunung itu hancur luluh dan Musa pun jatuh pingsan. Maka setelah Musa sadar kembali, dia berkata: “Maha Suci Engkau, aku bertaubat kepada Engkau dan aku orang yang pertama-tama beriman”.
[Quran: Al Aaraf Chapter 7]
Musa ( ) bertaubat karena dia meminta untuk melihat Rabb-nya. 

Dia tidak tahan untuk melihat-Nya. Dia kemudian menyadari bahwa kehadiran Allah akan dicapai dengan pendengaran dan bukan penglihatan. Hal ini juga diriwayatkan dalam Kasyf al Mahjubby dari Hadhrat Ali bin Usman al Hujwiri (ra)

… para penghuni surga akan melihat-Nya; dan asimilasi itu tidak dapat diterima; dan istilah-istilah seperti “berhadapan” dan “melihat muka dengan muka” tidak dapat diterapkan pada Wujud-Nya.

(Kasyf al Mahjub, juz 16)

PENDEKATAN NUMERIK TERHADAP HURUF SIN

Sekarang mari kita lihat sisi numerik dari Pesan tersebut. Al-Quran surah 36 disebut Yaasin.

Huruf Arab Ya = 10. Dan huruf Arab Seen = 60. Kami memanggil Ya untuk menarik perhatian.  Ini adalah dengan suara yang didengar atau disimak oleh orang lain (Terlihat). Ketika orang lain mendengarkan, ia memahami kata-kata melalui pikirannya yang merupakan Ayn. Atau dengan kata lain: Ya + Dilihat = Ayn (Huruf Arab Ayn memiliki nilai numerik = 70). Kita memiliki Seen, kita memiliki Ya dan kita memiliki Ayn

Mata rantai yang hilang di Samee adalah huruf Meem .

Ayat yang disebut sebagai inti dari surah Yaasiin adalah:

سَلٰمٌۗ قَوْلًا مِّنْ رَّبٍّ رَّحِيْمٍ
58 (Kepada mereka dikatakan,) “Salam sejahtera” sebagai ucapan dari Tuhan Yang Maha Penyayang. [Quran: Ya Seen, Chapter 36]
Jika kita menambahkan nomor ayat 5+8 = 13. 

“Meem adalah Huruf Ketiga Belas dalam Posisi Abjad” 13 = Nur Nun-50, waw-6, ra-200 256= Nur atau 2+5+6 = “13

Kemudian kita kurangi menjadi satu angka, maka menjadi (1 + 3 =) 4. 

{Nama Rasul yang ke-4 adalah Mamood}

Ketika Sang Pencipta berbicara, yang diciptakan harus hadir. 

Makhluk itu diciptakan dari sebuah titik atau ‘0’ yang ketika diletakkan di depan 4 menjadi 40 (Meem).

Itulah Meem yang hilang.

Dengan Meem itu, atribut Samee menjadi lengkap.

Melihat dengan cara lain. 

Pertama, kita lihat nilai numerik dari 

Samee: Seen
(60) + Meem
(40) + Ya
(10) + Ayn
(70) = 180.
Jika kita kurangi 40 untuk Meem dari jumlah ayat (58 – 40) = 18. 

Dalam perhitungan pertama kita membutuhkan angka ‘0’. Allah harus menciptakan seseorang yang mau mendengarkan. 

Meem terkait dengan penciptaan. Pada perhitungan kedua kita sudah memiliki angka ‘0’. Dia mendengar Rabb-nya, Raheem, mengucapkan salam kepadanya.

Untuk menjelaskannya dengan cara lain. Ada Allah tanpa ada yang lain di sampingNya. Allah adalah Sang Pembicara dan Pendengar. Dia menciptakan Cahaya Muhammad. Sekarang Allah Berbicara (mengirimkan Salaam dan Berkah kepada Muhammad) dan Cahaya Muhammad mendengarkan.
اِنَّ اللّٰهَ وَمَلٰۤىِٕكَتَهٗ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّۗ يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا

56 Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya berselawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman, berselawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan kepadanya. [Quran: Al Ahzab]
Cahaya Muhammad memuji Allah dan Allah mendengarkan. Keindahan dari semua ini adalah jika kita mengurangi 18 atau 180 menjadi satu digit, kita mendapatkan 

9.  INSAN berkembang selama 9 bulan dari satu titik atau ‘0’. 

Nilai numerik dari kata INSAN adalah:
Alif
(1) + Noon
(50) + Seen
(60) + Alif
(1) + Noon
(50) = 162 = 1 + 6 + 2 = 9

INSAN memasuki dunia ini dengan indera pendengaran sejak hari pertama. Kesimpulannya, Bismi berarti penciptaan manusia (Ba) yang tugasnya adalah mendengarkan (Melihat) Rabb-nya dan belajar dari para Rasul dan Kitab-kitab-Nya dan mendapatkan pengalaman hingga usia 40 tahun (Meem).

Kemudian dia bisa maju dan mengenal Allah Ar Rahman Ar Rahim.

إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَذِكْرَىٰ لِمَنْ كَانَ لَهُ قَلْبٌ أَوْ أَلْقَى السَّمْعَ وَهُوَ شَهِيدٌ
37 Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat peringatan bagi orang-orang yang mempunyai akal atau yang menggunakan pendengarannya, sedang dia menyaksikannya.
[Quran: Qaf]

Huruf sin – HURUF ARAB – BAGIAN 2

Dalam Seen – Bagian 1, kita telah sampai pada titik di mana indera pendengaran ditempatkan di atas semua indera

indera lainnya. Telinga adalah pintu menuju jiwa. Pertanyaannya harus ditanyakan: Kata-kata apa yang harus masuk melalui pintu-pintu ini?

Kata-kata yang seharusnya masuk ke dalam pintu jiwa kita adalah Firman Allah dari Al-Quran. Al-Quran ketika dibacakan oleh seorang Qari (Pembaca Al-Quran) yang berbakat dapat membuat mata seorang mukmin meneteskan air mata. Bacaannya langsung masuk ke dalam jiwa seorang mukmin. Al-Quran harus dibiarkan masuk ke dalam jiwa kita tanpa perlawanan.

Al-Quran adalah salah satu dari sekian banyak karunia dari Allah, melalui Muhammad, kepada manusia dan jin. Bukan hanya untuk umat Islam tetapi juga untuk manusia dan jin. Terserah kepada Allah untuk membawa kepada Islam siapa pun yang Dia kehendaki. Ketika Al-Quran diwahyukan, hanya ada segelintir Muslim. Beberapa manusia dan jin menjadi Muslim hanya dengan mendengar Al-Quran dan menerima petunjuknya. Jadi, pendengaran memainkan peran utama dalam penerimaan hidayah ini. Bahkan jin pun bersaksi:

قُلْ أُوحِيَ إِلَيَّ أَنَّهُ اسْتَمَعَ نَفَرٌ مِنَ الْجِنِّ فَقَالُوا إِنَّا سَمِعْنَا قُرْآنًا عَجَبًا

1 Katakanlah (hai Muhammad): “Telah diwahyukan kepadamu bahwasanya: telah mendengarkan sekumpulan jin (akan Al Quran), lalu mereka berkata: Sesungguhnya kami telah mendengarkan Al Quran yang menakjubkan,

يَهْدِي إِلَى الرُّشْدِ فَآمَنَّا بِهِ ۖ وَلَنْ نُشْرِكَ بِرَبِّنَا أَحَدًا
2 (yang) memberi petunjuk kapada jalan yang benar, lalu kami beriman kepadanya. Dan kami sekali-kali tidak akan mempersekutukan seseorangpun dengan Tuhan kami, [Quran: Al Jinn]
 
Karena penekanannya adalah pada mendengarkan. Ketika membaca Al-Quran, kita juga harus mendengarkannya.

Segera setelah kita mulai mendengarkan kata-kata yang kita baca, pesannya mulai jelas. Allah terus mengatakan kepada kita dalam Al-Quran bahwa pesannya sudah jelas, namun Dia menutup pendengaran siapa pun yang Dia inginkan dan menghilangkan tabir dari telinga siapa pun yang Dia kehendaki. Dalam Al-Quran disebutkan bahwa orang-orang Yahudi mengubah kata-kata dan perubahan itu berkaitan dengan kata mendengar: 

مِنَ الَّذِينَ هَادُوا يُحَرِّفُونَ الْكَلِمَ عَنْ مَوَاضِعِهِ وَيَقُولُونَ سَمِعْنَا وَعَصَيْنَا وَاسْمَعْ غَيْرَ مُسْمَعٍ وَرَاعِنَا لَيًّا بِأَلْسِنَتِهِمْ وَطَعْنًا فِي الدِّينِ ۚ وَلَوْ أَنَّهُمْ قَالُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا وَاسْمَعْ وَانْظُرْنَا لَكَانَ خَيْرًا لَهُمْ وَأَقْوَمَ وَلَٰكِنْ لَعَنَهُمُ اللَّهُ بِكُفْرِهِمْ فَلَا يُؤْمِنُونَ إِلَّا قَلِيلًا

46 Yaitu orang-orang Yahudi, mereka mengubah perkataan dari tempat-tempatnya. Mereka berkata: “Kami mendengar”, tetapi kami tidak mau menurutinya. Dan (mereka mengatakan pula): “Dengarlah” sedang kamu sebenarnya tidak mendengar apa-apa. Dan (mereka mengatakan): “Raa’ina”, dengan memutar-mutar lidahnya dan mencela agama. Sekiranya mereka mengatakan: “Kami mendengar dan menurut, dan dengarlah, dan perhatikanlah kami”, tentulah itu lebih baik bagi mereka dan lebih tepat, akan tetapi Allah mengutuk mereka, karena kekafiran mereka. Mereka tidak beriman kecuali iman yang sangat tipis.
[Quran: An Nisaa]
Sekarang, jika kita bertemu dengan orang-orang yang mencoba menyesatkan kita, kita harus menjawabnya dengan salam. Hal ini disebutkan dalam Al-Quran berkali-kali:

وَعِبَادُ الرَّحْمٰنِ الَّذِيْنَ يَمْشُوْنَ عَلَى الْاَرْضِ هَوْنًا وَّاِذَا خَاطَبَهُمُ الْجٰهِلُوْنَ قَالُوْا سَلٰمًا
63 (Hamba-hamba Tuhan Yang Maha Pengasih itu adalah yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang bodoh menyapa mereka (dengan kata-kata yang menghina), mereka mengucapkan, “Salam.” [Quran: Al Furqan]

وَقِيلِهِ يَا رَبِّ إِنَّ هَٰؤُلَاءِ قَوْمٌ لَا يُؤْمِنُونَ
88 dan (Allah mengetabui) ucapan Muhammad: “Ya Tuhanku, sesungguhnya mereka itu adalah kaum yang tidak beriman”.

فَاصْفَحْ عَنْهُمْ وَقُلْ سَلَامٌ ۚ فَسَوْفَ يَعْلَمُونَ
89 Maka berpalinglah (hai Muhammad) dari mereka dan katakanlah: “Salam (selamat tinggal)”. Kelak mereka akan mengetahui (nasib mereka yang buruk). [Quran: Az Zakhruf]

قَالَ اَرَاغِبٌ اَنْتَ عَنْ اٰلِهَتِيْ يٰٓاِبْرٰهِيْمُۚ لَىِٕنْ لَّمْ تَنْتَهِ لَاَرْجُمَنَّكَ وَاهْجُرْنِيْ مَلِيًّا

46 (Dia (bapaknya) berkata, “Apakah kamu membenci tuhan-tuhanku, wahai Ibrahim? Jika tidak berhenti (mencela tuhan yang kusembah), engkau pasti akan kurajam. Tinggalkanlah aku untuk waktu yang lama.”
قَالَ سَلٰمٌ عَلَيْكَۚ سَاَسْتَغْفِرُ لَكَ رَبِّيْۗ اِنَّهٗ كَانَ بِيْ حَفِيًّا
47 Dia (Ibrahim) berkata, “Semoga keselamatan bagimu. Aku akan memohonkan ampunan bagimu kepada Tuhanku. Sesungguhnya Dia Mahabaik kepadaku.
[Quran: Maryam]
Pelajaran apa yang bisa kita ambil dari semua ini? Siapa pun yang kita temui, baik kawan maupun lawan, kita harus menyapa mereka dengan salam yang sama. Salam itu adalah Salaam.

Hal ini telah diajarkan oleh Muhammad. Dan pada saat kita mengucapkan Salaam, kita harus ingat bahwa ini adalah salam surga. Kita telah dikirim ke sini untuk berlatih. Kehidupan ini adalah sekolah pembelajaran. Apapun ilmu dan akhlak Islam yang baik yang kita pelajari di sini, itu akan berguna di akhirat kelak.

Akhirnya dalam Surat 36 disebutkan bahwa salam penghuni surga adalah Salaam.

Tidaklah sopan jika kita tidak menjawab salam Rabb kita. 

Tidak hanya itu, tidak sopan jika kita tidak menjawab orang yang mengucapkan salam kepada orang lain. Jawaban apa yang kita berikan kepada orang yang mengucapkan salam kepada kita? Jawabannya sederhana.  Wa Alaikum As Salaam

(Salam sejahtera bagi kalian juga). Allah telah mengajarkan kita dengan baik melalui Rasul-Nya, Muhammad. Itulah jawaban sederhananya. Ada juga jawaban yang bersifat spiritual. 

Ketika Rabb kita mengucapkan Salaam kepada kita, kita dapat menjawab Wa Alaikum As Salaam. Atau kita bisa menjawab dengan Salaam dan membesarkan Rabb kita pada saat yang sama. Allah telah menunjukkan kepada kita bagaimana cara melakukannya:

هُوَ اللَّهُ الَّذِي لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ الْمَلِكُ الْقُدُّوسُ السَّلَامُ الْمُؤْمِنُ الْمُهَيْمِنُ الْعَزِيزُ الْجَبَّارُ الْمُتَكَبِّرُ ۚ سُبْحَانَ اللَّهِ عَمَّا يُشْرِكُونَ

23 Dialah Allah Yang tiada Tuhan selain Dia, Raja, Yang Maha Suci, Yang Maha Sejahtera, Yang Mengaruniakan Keamanan, Yang Maha Memelihara, Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuasa, Yang Memiliki segala Keagungan, Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan. [Quran: Al Hashr]
Jawaban dari salam di surah 36 Yaasin ayat 58 ada di surah 59.

Balasannya bisa saja ada di surat 58 untuk mencocokkan ayat nomor 58 di surat 36. Jadi ada teka-teki yang harus dipecahkan di sini. Jawabannya lagi-lagi berasal dari apa yang telah diajarkan kepada kita.

Ketika kita menyapa seseorang, kita mengatakan

Assalamu’alaikum.  

Kita harus menambahkan huruf Alif di depan kata Salaam.

Ini adalah pengingat, bahwa kita harus menjalani hidup kita seperti di hadapan Allah.

Di surga, kita akan menyadari kehadiran Allah. Kita tidak membutuhkan pengingat lagi. Nilai numerik dari Alif adalah satu. Dengan menambahkan satu pada ayat nomor 58, kita akan sampai pada angka 59. 

Kita harus hadir di hadapan Allah setiap saat. Oleh karena itu, jawaban dari Rabb kita pada hari itu adalah:

Hanya Allah Yang Maha Mengetahui.

Darood (Berkah) dan Shalawat (Salam) atas Muhammad, Keluarganya, dan Para Sahabatnya

Khalid M. Malik Ghouri

Asma Allah dengan awalan huruf SIN


BISMILLAH HIR RAHMAN NIR RAHEEM
As Samee, As Salaam, As Saree, As Subooh, As Sattar


Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *