Rahasia Nama Muhammad ﷺ – Meem, Ha, Meem, Daal

Dari Realitas Mawlana (Q) sebagaimana diajarkan oleh Syekh Nurjan Mirahmadi

A’udhu Billahi Minash Shaitanir Rajeem
Bismillahir Rahmanir Raheem

Aku berlindung kepada Allah dari setan yang terkutuk
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang

Setiap Realitas Berada dalam La Ilaha Illallah Muhammadun Rasulallah ﷺ

Mereka adalah syekh dan pembimbing. Kami bukan syekh maupun pembimbing, memohon untuk menjadi tidak ada. Dan alhamdulillah, di bulan suci Rabiul Awwal, bulan Mawlidun Nabi (perayaan kelahiran Nabi ﷺ), artinya mengenal diri sendiri. Setiap hadis suci memiliki lautan realitas. Dan Mawlana Syekh selalu mengingatkan diri saya bahwa siapa yang mengenal dirinya akan mengenal Tuhannya.

مَنْ عَرَفَ نَفْسَهْ فَقَدْ عَرَفَ رَبَّهُ
“Man ‘arafa nafsahu faqad ‘arafa Rabbahu”
“Siapa yang mengenal dirinya, mengenal Tuhannya.” Nabi Muhammad (saw)

Begitu kita mengambil jalan untuk mengenal diri, dari mana asal saya? Apa realitas saya? Apa tujuan hidup saya agar saya bisa menemukan realitas itu? Mereka mulai mengajarkan bahwa setiap realitas, intinya ada dalam La ilaha illallah Muhammadun Rasulallah ﷺ.

لَا إِلَهَ إلاَّ اللهُ مُحَمَّدٌا رَسُولْ الله
“La ilaha illallahu Muhammadun Rasulallah”
“Tiada Tuhan selain Allah, Muhammad adalah utusan Allah.”

Setiap realitas lahir dari realitas itu. Di situlah dua sungai bertemu. Di situlah Nabi Musa (as) mencari ma’rifah (pengetahuan batinnya). “Aku tidak akan berhenti sepanjang hidupku hingga aku mencapai titik di mana dua sungai bertemu.”

﴾وَإِذْ قَالَ مُوسَىٰ لِفَتَاهُ لَا أَبْرَ‌حُ حَتَّىٰ أَبْلُغَ مَجْمَعَ الْبَحْرَ‌يْنِ أَوْ أَمْضِيَ حُقُبًا ﴿٦٠
18:60 – “Wa idh qala Mosa lefatahu laa abrahu hatta ablugha majma’a albahrayni aw amdiya huquba.” (Surat Al-Kahf)
“Dan ketika Musa berkata kepada pembantunya, ‘Aku tidak akan berhenti hingga sampai ke pertemuan dua laut atau aku berjalan selama bertahun-tahun.’” (Gua, 18:60)

Dan alhamdulillah, Muhammadun Rasulallah ﷺ adalah sungai, dan realitas La ilaha illallah adalah sungai besar Kehadiran Ilahi, di mana la adalah realitas pembukaan setiap realitas.

Nabi Muhammad ﷺ Berasal dari Cahaya Allah (AJ)

Kisah penciptaan dimulai dari Bismillahir Rahmanir Raheem. Tetapi Nabi ﷺ menggambarkan bahwa, “Aku diciptakan dari cahaya Allah (AJ) dan seluruh ciptaan diciptakan dari Cahaya Suciku.”

قَالَ رَسُولَ اللَّه صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ” أَنَا مِنَ اللَّهِ ، وَالْمُؤْمِنُونَ مِنِّي ” (حديث مرفوع)
Qala Rasulullahi (saw) “Anna minAllahi, wal muminoona minni” [Hadis Marfo’]
Rasulullah, Nabi Muhammad (saw) bersabda: “Aku berasal dari Allah, dan orang-orang beriman berasal dariku.”

Agar kita memahami realitas cahaya itu, apa yang Allah (AJ) anugerahkan kepada nama suci Muhammad ﷺ? Dengan memahami huroof (huruf) dan kata-kata ini, kita memahami apa yang Allah (AJ) dandani kepada kita.

Segalanya Berdasarkan Hamd (Pujian)

Segalanya berdasarkan hamd. Segalanya berdasarkan pujian. Sekarang kita tahu secara ilmiah bahwa harus ada suara. Suara itu menghasilkan energi. Energi itu menghasilkan cahaya. Cahaya itu menghasilkan bentuk. Artinya, segala sesuatu dalam ciptaan, asalnya adalah suara. Itulah mengapa semua kitab suci menggambarkan bahwa firman Allah datang terlebih dahulu. Artinya, hamd dan pujian, “Yusabbihu bihamdi.” “Sesungguhnya segala sesuatu ada dalam hamd (pujian).”

﴾تُسَبِّحُ لَهُ السَّمَاوَاتُ السَّبْعُ وَالْأَرْضُ وَمَن فِيهِنَّ ۚ وَإِن مِّن شَيْءٍ إِلَّا يُسَبِّحُ بِحَمْدِهِ وَلَـٰكِن لَّا تَفْقَهُونَ تَسْبِيحَهُمْ ۗ إِنَّهُ كَانَ حَلِيمًا غَفُورًا ﴿٤٤
17:44 – “Tusabbihu lahus samawatus sab’u wal ardu wa man fee hinna wa in min shayin illa yusabbihu bihamdihi wa lakin la tafqahoona tasbeehahum innahu kana haleeman ghafoora.” (Surat Al-Isra)
“Langit yang tujuh dan bumi serta apa yang ada di dalamnya memuji-Nya. Dan tidak ada sesuatu pun kecuali memuji-Nya dengan pujian-Nya, tetapi kamu tidak memahami cara mereka memuji. Sesungguhnya Dia Maha Penyantun, Maha Pengampun.” (Perjalanan Malam, 17:44)

La Ilaha Illallah adalah Hanya Allah (AJ)

Untuk memahami keagungan Muhammad ﷺ, meem, ha, meem, daal. Yang Allah (AJ) ingin kita pahami adalah bahwa kita harus berasal dari realitas La ilaha illallah Muhammadun Rasulallah ﷺ. Dan awliyaullah (para wali) datang ke hidup kita bahwa kamu tidak berada dalam La ilaha illallah. Artinya, kita pertama-tama menjelaskan bahwa tidak mungkin kamu berada dalam realitas La ilaha illallah. La ilaha illallah berarti, tidak, tidak ada apa pun kecuali Allah (AJ). Itu akan menjadi sharik, itu akan menjadi mitra. Itu akan bernapas dan mengambil ruang, berbagi bentuk realitas itu, yang tidak mungkin. Jadi, mereka menjelaskan bahwa kamu tidak berada dalam La ilaha illallah. La ilaha illallah adalah frasa yang sangat jelas; tidak ada apa pun kecuali Allah (AJ).

Kita Berasal dari Bahrul Muheet (Lautan yang Meliputi Segala)

Jadi, dari mana kita, ya Rabbi? Dari lautan apa kita berasal dan ke lautan apa kita kembali? Karena jika aku tidak mengenal diriku, aku tidak memahami apa yang Tuhanku ingin aku pahami. Ia berkata, “Tidak, kamu berasal dari lautan Muhammadun Rasulallah ﷺ.”

Kemudian mereka mulai menjelaskan bahwa meem dari Sayyidina Muhammad ﷺ adalah lingkaran penciptaan yang meliputi segalanya. Ini adalah Bahrul Muheet, bahwa dalam meem itu, seluruh ciptaan ada di dalamnya, seperti matahari. Apa yang kamu dapatkan dari contoh matahari adalah bahwa itu adalah sumber seperti bintang. Itu adalah sumber kekuatan. Itu bukan Allah (AJ), tetapi memiliki nyala abadi. Itu bukan dari timur maupun barat dan menghasilkan cahaya sendiri. Cahaya atas cahaya! Itu bukan sharik, Allah (AJ) berkata, “Aku bukan matahari. Itu semua ciptaan-Ku. Aku adalah Izzah dan Kekuatan dari itu. Matahari itu ada dalam lautan penciptaan ini.” Itulah mengapa ketika kita mulai mempelajari penciptaan Nurul Muhammadi ﷺ, Allah (AJ) mengambil dari Cahaya Ilahi-Nya dan membawa jiwa Nabi ﷺ.

﴾اللَّـهُ نُورُ‌ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْ‌ضِ ۚ مَثَلُ نُورِ‌هِ كَمِشْكَاةٍ فِيهَا مِصْبَاحٌ ۖ الْمِصْبَاحُ فِي زُجَاجَةٍ ۖ الزُّجَاجَةُ كَأَنَّهَا كَوْكَبٌ دُرِّ‌يٌّ … يَكَادُ زَيْتُهَا يُضِيءُ وَلَوْ لَمْ تَمْسَسْهُ نَارٌ‌ ۚ نُّورٌ‌ عَلَىٰ نُورٍ‌ ۗ… ﴿٣٥
24:35 – “Allahu noorus samawati wal ardi. mathalu noorehi kamishkatin feeha misbahun, almisbahu fee zujajatin, azzujajatu kaannaha kawkabun durriyyun … yakadu zaytuha yudeeo wa law lam tamsashu naarun. noorun ‘ala noorin…” (Surat An-Noor)
“Allah adalah Cahaya langit dan bumi. Perumpamaan Cahaya-Nya seperti sebuah lubang yang di dalamnya ada pelita: pelita itu berada dalam kaca: kaca itu seolah-olah bintang yang berkilau … hampir-hampir minyaknya menyala walaupun tidak disentuh api: Cahaya atas Cahaya!…” (Cahaya, 24:35)

Segalanya Berasal dari Lautan Hamd

Dari cahaya Nabi ﷺ, segalanya lahir. Malaika (malaikat) berasal dari cahaya, Nurul Muhammadi ﷺ, Ka’bah dari Nurul Muhammadi ﷺ, Arsy ar-Rahman dari Nurul Muhammadi ﷺ, kalau tidak dari mana? Dari La ilaha illallah? Artinya, setiap ciptaan, setiap surga ada dalam lautan ini. Setiap malaika (malaikat) karena mereka memiliki meem. Meem adalah, apakah kamu melihat meem besar di sini? Malaika (malaikat) karena mereka dari lautan ini. Baitul Mahmur, rumah di Kehadiran Ilahi, dari lautan ini. Ka’bah? Dari lautan ini. Insan (manusia)? Dari lautan ini. Para nabi? Dari lautan ini. Ciptaan apa lagi yang kita lewatkan? Semuanya dari lautan ini!

Jadi, ketika Allah (AJ) mulai mengajarkan, “Lautan ini adalah yang harus kamu pahami dan pelajari.” Ini adalah lautan hamd dan pujian. Ini adalah lautan yang memuji Allah (AJ). Satu-satunya pujian yang Allah (AJ) inginkan adalah pujian kepada Sayyidina Muhammad ﷺ. Satu-satunya pujian yang Allah (AJ) pedulikan adalah pujian kepada Nabi ﷺ di Kehadiran Ilahi. Jadi, ia adalah Liwal Hamd, Bendera Pujian (salah satu nama Nabi Muhammad ﷺ). Nabi ﷺ memuji Allah (AJ), zikr Nabi ﷺ dari La ilaha illallah, Allah (AJ). Itulah zikr yang Allah (AJ) minati. Segala sesuatu lainnya adalah realitas yang jauh lebih rendah.

Setiap Huruf dalam Hamd Bersifat Simbolik

Kemudian Allah (AJ) mulai mengajarkan bahwa karena hamd itu, yang mendandani Nabi ﷺ, ini adalah daal petunjuk, daleel (pemandu) untuk seluruh dawam (keberlanjutan), seluruh ciptaan.

Meem ini adalah realitas Muhammadan. Ini adalah ha dari hayat (kehidupan) dan lautan hayat. Segala sesuatu hidup dalam lautan itu. Allah (AJ) mendandaninya dari hayat-Nya.

Dalam meem, segalanya berada di bawah mulk dan kerajaan Malik (Raja) ini. Daal ini adalah pemandu untuk seluruh ciptaan. Dalail Khairat, petunjuk terbaik.

Ketika kita memahami bahwa ini adalah lautan kekuatan, ini adalah lautan semua realitas. Dari suara itu, energi keluar. Itulah bagaimana ciptaan terjadi. Dari energi itu, cahaya datang.

Realitas Atom Kita Terdiri dari Cahaya

Ketika mereka mempelajari realitas atom, atom, dan molekul, mereka memahami. Ini adalah suara, yang mereka sebut teori dawai (string theory). Dari suaranya, ia menghasilkan energi. Dari energinya, ia menghasilkan cahaya. Yang Allah (AJ) berikan cahaya, itu terwujud; yang belum kita pahami, mereka sebut materi gelap (dark matter). Kemudian dari cahaya, kita diberi bentuk. Jadi, artinya dalam realitas atom kita, kita hanyalah cahaya. Kamu melihat dirimu dengan bentuk, itu semua ilusi. Tetapi ini semua adalah lautan hamd. Hamd, karena itu dan karena cinta Allah (AJ), itu adalah Muhammad ﷺ. Jadi, meem adalah lautan muheet yang meliputi segalanya. Di dalam lautan, inti tempat mereka ingin kita mulai membuat mi’raj (kenaikan spiritual), kamu membuat mi’raj, kamu membuat ma’rifah (pengetahuan batin) menuju pusat. Tetapi kamu tidak akan pernah mengenal La ilaha illallah. Jadi, dalam tafakkur dan kontemplasi, jangan merenungkan Allah (AJ).

لا تَتَفَكَّرُوا فِي ذَاتِ اللهِ.
“La tatafakkaru fi zatillah.”
“Jangan merenungkan Esensi (Allah).”

Jangan bertanya dari mana Allah (AJ) berasal, di mana Allah (AJ), astaghfirullah, ini mengeluarkan kamu dari keimanan. Bukan untuk ciptaan untuk mengetahui siapa Pencipta, di mana Pencipta, dan kapan Pencipta, ini mengeluarkan kita dari keimanan. Tetapi yang Nabi ﷺ renungkan adalah ciptaan terbaik. Apa ciptaan terbaik? Sayyidina Muhammad ﷺ!

Shalat Kita Berbentuk Nama Sayyidina Ahmad ﷺ

Para awliyaullah (wali) mulai mengajarkan bahwa meem ini adalah kunci semua realitas. Itulah mengapa mereka memakai serban. Serban adalah meem. Meem adalah serban. Sajdah (sujud) kamu berbentuk meem. Perutmu, kepalamu menunduk. Rahasia antara kamu dan bangsa lain adalah meem-mu. Jadi, apa yang Allah (AJ) inginkan? Pakailah serban di kepalamu, pakailah meem Sayyidina Muhammad ﷺ bahwa kamu adalah Muhammadiyun. Kamu melakukan sajdah, sujud karena ini kepalamu, bukan? Ini kakimu, kepalamu di sini (menunjuk ke sajdah), ini perutmu. Ketika menunduk, itu membentuk meem. Jadi, rahasia realitasmu ada dalam meem ini.

Shalat (solat) kamu ada dalam nama Sayyidina Muhammad ﷺ. Kamu berdiri, itu alif. Ruku kamu, itu ha. Rahasia realitasmu ada dalam meem ini. Shalat kamu ada dalam nama Sayyidina Muhammad ﷺ. Di surga, namanya Ahmad. Allah (AJ) mengajarkan bahwa, “Datanglah kepada-Ku. Bahkan ketika kamu datang kepada-Ku, kamu membentuk Sayyidina Ahmad (alayhi salatu salaam), didandani dari realitas ini karena kamu berasal dari lautan ini, dan realitas ini.” Kamu berdiri adalah alif. Ruku kamu adalah ha. Sajdah (sujud) kamu adalah meem. Attahiyat kamu adalah daal. Kamu duduk di atas lututmu.

Alif Allah (AJ) Mengubah Hamd menjadi Ahmad

Mereka mulai mengajarkan bahwa ini adalah lautan hamd dan pujian. Begitu banyak pujian kepada Ilahi, begitu banyak pujian kepada Ilahi sehingga hadis Nabi ﷺ, “Ya Rabbi, ya Allah,” bahwa, “tidak ada yang bisa memuji-Mu sebagaimana Engkau layak dipuji.”

Jadi, ketika Al-Qur’an menyatakan InnAllaha wa malaikatahu yusalluna ‘alan Nabiyi ﷺ, artinya Allah (AJ) memberikan alif ini. (Alif di samping lillah menjadi Allah (AJ)).

﴾إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً ﴿٥٦
33:56 – “InnAllaha wa malaikatahu yusalluna ‘alan Nabiyi yaa ayyuhal ladhina aamanu sallu ‘alayhi wa sallimu taslima.” (Surat Al-Ahzab)
“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya mengirimkan shalawat kepada Nabi [Muhammad ﷺ]: Wahai orang-orang yang beriman! Kirimkan shalawat kepadanya, dan ucapkan salam dengan penuh penghormatan.” (Pasukan Gabungan, 33:56)

Allah (AJ) memberikan dari Alif-Nya kepada Sayyidina Ahmad ﷺ (Alif di samping Hamd menjadi Ahmad). Ini adalah inti dari lingkaran penciptaan ini.

Hamd Sejati Abd Allah adalah Hamd Sayyidina Muhammad ﷺ

Lautan adalah Muhammad dan Sayyidina Muhammad ﷺ melakukan zikr Allah (AJ). Zikr aku dan kamu kepada Allah (AJ) ditiru di luar. Itu bukan wahid (satu), itu bukan dalam lautan penyaksian dan tauhid (keesaan) sejati. Kita memiliki banyak kepercayaan berbeda, banyak penyerahan berbeda. Kita meniru zikr itu. Tetapi Hamd sejati dari Abd Allah (hamba Allah (AJ)) adalah hamd Sayyidina Muhammad ﷺ. Meem dan hamd itu adalah Muhammad ﷺ.

Ketika Sayyidina Muhammad ﷺ melakukan zikr Allah, Allah, Allah. “Ya Rabbi, tidak ada yang bisa memuji-Mu, kekuatan ini tidak bisa diselesaikan oleh ciptaan. Berikan aku dari Izzah-Mu, berikan aku dari Keagungan dan Kemuliaan-Mu. Izzatu wa li Rasuli hi wa lil Mumineen.”

﴾وَلِلَّهِ الْعِزَّةُ وَلِرَسُولِهِ وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَلَكِنَّ الْمُنَافِقِينَ لَا يَعْلَمُونَ ﴿٨
63:8 – “…Wa Lillahil ‘izzatu wa li Rasuli hi wa lil Mumineena wa lakinnal munafiqeena la y’alamoon…” (Surat Al-Munafiqoon)
“…Dan milik Allah-lah segala kemuliaan, dan milik Rasul-Nya, dan milik orang-orang beriman, tetapi orang-orang munafik tidak mengetahui.” (Orang-Orang Munafik, 63:8)

Izzatullah berarti Allah (AJ) memberikan alif. Izzah itu adalah sumber Kekuatan Ilahi. Izzah adalah sumber kekuatan Ilahi. Dari alif itu muncul air mancur kekuatan. Itulah mengapa di surga dan di langit, Sayyidina Ahmad ﷺ adalah raja. Raja pujian diberikan alif Allah (AJ). Segala keagungan dan kemuliaan, segala kekuatan Ilahi, setiap cahaya Ilahi memancar dari realitas itu karena Allah (AJ) memberikan alif ini. Ketika kita memahami alif itu, kita memahami realitas bahwa Allah (AJ) mendandani realitas ini, Allah (AJ) memberkati realitas ini.

Meem, Ha Melambangkan Malik al-Hayat

Kemudian ketika mereka ingin kita memahami nama Muhammad ﷺ. Itu adalah meem, ha (dua huruf pertama) – Malik al-Hayat. Meem, ha adalah yang paling dekat dengan realitas surga. Meem, ha adalah Malik al-Hayat, bahwa ia adalah Raja semua Hayat (kehidupan) (alayhi salatu salaam) karena segalanya ada dalam lautan-nya. Kamu tidak bisa mengatakan Allah (AJ) ada dalam lautan hayat karena itu akan menyiratkan bahwa Allah (AJ) memiliki kematian, astaghfirullah. Allah (AJ) tidak memiliki hay (kehidupan) dan tidak memiliki mayt (kematian). Tidak ada kehidupan dan kematian bagi Allah (AJ).

Muhammad adalah ‘Yang Paling Dipuji’

Mereka ingin kita memahami bahwa ini adalah lautan pujian. Semua kitab suci berbicara bahwa pertama-tama datang firman Allah. Siapa firman Allah? Hamd. Itulah mengapa ia datang sebagai Yang Paling Hamd (dipuji). Muhammad. Ia datang mengatakan bahwa aku mengkonfirmasi kitab-kitabmu. Kitab-kitabmu berkata bahwa, “pertama-tama datang firman Allah dan pujian.” Aku adalah pujian Kehadiran Ilahi, bahwa namaku berarti pujian – Liwal al-Hamd. Surat al-Hamd (surah pertama Al-Qur’an, Al-Fatihah (Pembuka)) adalah deskripsi realitas itu.

Kita Akan Kembali ke Lautan Hamd

Allah (AJ) memberikan bahwa anugerah yang Kuberikan kepadamu dari Surat al-Fatihah adalah bahwa Aku memberikan Sayyidina Muhammad ﷺ sebagai imam, sebagai realitasmu.

Kamu berasal dari lautan realitas itu dan ke lautan itu kamu akan kembali. Artinya, kita terwujud dan kita pikir kita adalah sesuatu. Kemudian pada akhirnya, ketika kamu kehilangan tubuhmu, kamu kembali ke lautan hamd (pujian) ini. Dan lautan hamd itu kembali ke Allah (AJ) karena tauhid (keesaan).

﴾إِنَّا لِلَّـهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَ‌اجِعُونَ… ﴿١٥٦
2:156 – “Inna lillahi wa inna ilayhi raji’oon.” (Surat Al-Baqarah)
“Sesungguhnya kami milik Allah, dan sesungguhnya kepada-Nya kami kembali.” (Sapi Betina, 2:156)

Semuanya harus dari La ilaha illallah Muhammadun Rasulallah, karena kita berada di luar (lautan meem), kita kembali ke Muhammadun Rasulallah dan kembali ke La ilaha illallah.

لَا إِلَهَ إلاَّ اللهُ مُحَمَّدٌا رَسُولْ الله
“La ilaha illallahu Muhammadun Rasulallah.”
“Tiada Tuhan selain Allah, Muhammad adalah utusan Allah.”

Artinya, saat kamu runtuh dan terlipat, kamu harus kembali seperti cara kamu terbuka. Kamu tidak pergi langsung ke Allah (AJ). Kamu kembali ke lautan tempat kamu berasal. Kamu berasal dari lautan pujian ini, kamu berasal dari lautan manifestasi ini. Di mana lautan ini berakhir adalah di mana pujian berakhir dan bergerak ke Kehadiran Ilahi. Ini adalah waktu. Realitas cahaya ini tanpa waktu, realitas dalam hati Nabi Allah (AJ) adalah ketanpa-waktuan di mana Iradah Allah (AJ), Kehendak Allah (AJ) ada di hati Nabi ﷺ.

Nabi Muhammad ﷺ adalah Al-Qur’an yang Berjalan

Iradah Allah (AJ), Kehendak Allah (AJ) ada di hati Nabi ﷺ. Itulah mengapa mereka menggambarkan Nabi ﷺ sebagai Al-Qur’an, Al-Qur’an yang berjalan. Surah Yasin adalah hati Al-Qur’an. Surah YaSeen, Sayyidina YaSeen ﷺ adalah nama Nabi Muhammad ﷺ dan ia disebut habibullah (kekasih Allah (AJ)). Sayyidina YaSeen ﷺ adalah habibullah karena itu adalah hati Kehadiran Ilahi dan hati Al-Qur’an. Ia adalah habib (kekasih) Allah (AJ).

صَـلَا ةُ الله، سَـلاَمُ الله، عَـلَى طٰـهَ رَسُـوْلِ الله
صَـلَا ةُ الله، سَـلاَمُ الله، عَـلَى يـٰسٓ حَـبِيْـبِ الله

Salatullah salamullah ‘ala Taha Rasullillah
Salatullah salamullah ‘ala Yasin Habibillah

Pujian Allah, berkat Allah atas Taha, Utusan Allah
Pujian Allah, berkat Allah atas YaSeen, Kekasih Allah

Sayyidina TaHa ﷺ adalah Rasulallah ﷺ. Ini semua adalah nama Nabi ﷺ. Jadi, nama Sayyidina TaHa adalah utusan untuk seluruh ciptaan. Nama Sayyidina YaSeen ﷺ adalah hati untuk seluruh ciptaan. Karena hati suci ini, Allah (AJ) menyampaikan Kitab Ilahi-Nya melalui lidah Nabi ﷺ. Meem ini adalah sumber Al-Qur’an yang memancar.

Al-Qur’an Berasal dari Hati Sayyidina Muhammad ﷺ

Dari mana Al-Qur’an berasal? Tidak datang dari sana-sini (di luar lautan meem). Itu datang dari hati Sayyidina Ahmad ﷺ. Dari hati Nabi ﷺ, Allah (AJ) berbicara. Tidak ada arah bagi Allah (AJ) dalam lingkaran ciptaan. Kamu tidak bisa menemukan Allah (AJ). Maka ciptaan ini akan memegang Allah (AJ). La sharik (tanpa sekutu), la shabeh, tidak ada yang serupa dengan Allah (AJ). Allah (AJ) berkata, “Kamu tidak akan pernah menemukan Aku. Aku adalah harta yang tersembunyi.”

كُنْت كَنْزاً مخفيا فَأَحْبَبْت أَنْ أُعْرَفَ؛ فَخَلَقْت خَلْقاً فَعَرَّفْتهمْ بِي فَعَرَفُونِي
“Kuntu kanzan makhfiyya, fa ahbabtu an a’rafa, fa khalaqtu khalqan, fa ‘arraftahum bi fa ‘arafonee.” Hadis Qudsi
Allah (AJ) berkata, “Aku adalah Harta Tersembunyi, lalu Aku ingin dikenal, maka Aku menciptakan ciptaan yang kepada mereka Aku perkenalkan Diri-Ku; lalu mereka mengenal-Ku.”

Izzah-Ku, Alif-Ku (Alif Allah (AJ)) adalah kekuatan bagi Sayyidina Ahmad ﷺ (alif Ahmad). Dalam hati Sayyidina Ahmad ﷺ ada zikr Allah (AJ). Zikr Allah (AJ) itu adalah sumber Qaf, wal Quranil Majeed.

﴾ق ۚ وَالْقُرْ‌آنِ الْمَجِيدِ ﴿١
50:1 – “Qaf, wal Quranil Majeed.” (Surat Qaf)
“Qaf. Demi Al-Qur’an yang mulia.” (Huruf Qaf, 50:1)

Ini adalah qalb (hati) Kehadiran Ilahi. Qaf wal Quranil Majeed. Ba (dari kata Qalb) adalah Bahrul Qudra (Lautan Kekuatan). Ini adalah lautan kekuatan. Meem, ha adalah Malik al-Hayat.

Meem, Daal Melambangkan Malik al-Dunya dan Malik al-Dawam

Meem, daal (bagian kedua dari nama Muhammad ﷺ) adalah untuk Malik al-Dunya dan Malik al-Dawam. Seluruh dunia (dunya) ini, sultannya (Raja) adalah Sayyidina Muhammad ﷺ.

Di bawah sifat ar-Rahman (sifat Maha Pengasih), seluruh ciptaan termanifestasi. Dunia yang diciptakan dan termanifestasi berada di bawah sifat ar-Rahman. Malik al-Dunya berarti Sayyidina Muhammad ﷺ adalah Raja ciptaan itu.

Sifat ar-Raheem (sifat Maha Penyayang) adalah tempat eksistensi semua ciptaan lateef atau halus. Baitul Mamur (Rumah Suci di Surga), malaika (malaikat), segala sesuatu di surga dan langit berada di bawah Malik al-Hayat. Kesultanan (kerajaan) beliau sempurna. Beliau adalah sultan atas segala yang diciptakan di dunia bentuk dan sultan atas segala yang ada di dunia cahaya.

Nabi Muhammad ﷺ adalah Satu-Satunya Wakil Resmi Allah (AJ)

Dan karena kesultanan itu, Allah (AJ) memberikan Izzah, memberikan alif. “Kamu duduk di kursi dan Aku duduk di hatimu.” Artinya, posisi otoritas ini, takhta otoritas, takhta petunjuk – Allah (AJ) berkata, tidak ada kursi yang akan menahan-Ku. Mujasimiyun, mereka bilang tidak, Allah (AJ) punya kursi. Dia duduk dan dalam Salatul Tahajjud (sholat malam), Dia turun. Astaghfirullah! Mereka memberikan bentuk kepada Pencipta.

Allah (AJ) berkata, “Tidak, tidak, kamu sangat salah. Kursi itu mewakili Otoritas-Ku. Arahkan dirimu ke Otoritas-Ku. Satu-satunya yang Kuizinkan, satu-satunya khalif (wakil) adalah Sayyidina Muhammad ﷺ. Semua khalif (wakil) lain berada di bawah perwakilan Nabi ﷺ. Satu-satunya utusan, hanya ada satu utusan Allah (AJ) yaitu Sayyidina Muhammad ﷺ.” Hanya ada satu pesan. Semua yang menyampaikan, mereka berada dalam risalat dan kenabian Sayyidina Muhammad ﷺ. Tidak mungkin ada banyak tanda yang keluar. Allah (AJ) berkata, “Kamu telah diberikan segalanya secara lengkap. Kamu adalah Rasulallah. Aku berikan petunjuk kepadamu.”

Kemudian Nur Muhammadi ﷺ dalam jiwa mereka memungkinkan mereka membimbing orang, membawa hukum yang diperlukan untuk zaman mereka. Di bawah cahaya apa? Sayyidina Muhammad ﷺ! Malaika berasal dari Sayyidina Muhammad ﷺ. Takhta Ilahi berasal dari cahaya Nur Muhammad ﷺ. Itulah mengapa semua naat (pujian untuk Muhammad ﷺ) yang kamu nyanyikan. Ketika orang mulai memahami apa yang mereka baca dan apa yang mereka puji ketika segalanya berasal dari cahaya itu.

Surga Berada di Bawah Kaki Ibu Kita

Mengapa Allah (AJ) memintamu menghormati ibumu? Surgamu ada di bawah kaki ibumu. Mengapa? Karena makhluk seperti apa kamu jika tidak menghormati orang yang membawamu ke dunia ini? Kamu tidak menghormati orang yang membawamu ke dunia ini. Allah (AJ) berkata, kamu ingin surga dengan karakter seperti itu? Hormati orang yang membawamu. Cium tangannya. Bersikap lembut dan baik kepadanya. Dia membawamu melalui kesulitan dan dengan cinta yang luar biasa, membawamu ke dunia ini. Kamu berutang padanya. Nabi ﷺ berkata, “Di bawah kaki ibumu adalah surga.”

((عَنْ أَنَسَ بِنْ مَالِكُ – رَضِيَ اللهُ عَنْهُ – قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ – ((الجَنَّةُ تَحْتَ أَقْدَامِ الأُمَّهَاتِ))
“Al Jannatu tahta aqdamil ummahati.” [Sunan bin Maja]
“Surga ada di bawah kaki para ibu.” [Diriwayatkan oleh Anas bin Malik, dalam bin Maja]

Apa yang kamu pikir dari realitas Sayyidina Muhammad ﷺ? Ketika segalanya berasal dari cahaya itu? Tidak kah kamu berutang cinta? Tidak kah kamu berutang kekaguman dan penghormatan? Ya Rabbi, jika bukan karena kelahiran cahaya ini, jika bukan karena takdir cahaya ini, jika bukan karena penciptaan cahaya ini (dalam lautan meem), kita tidak ada. Kamu adalah abtar, kamu terputus, kamu bukan apa-apa.

Cahaya Kita Berasal dari Sayyidina Muhammad ﷺ

Ketika kamu tidak mengingat atau dari mana asalmu, orang seperti apa kamu? Ketika kamu tidak menghormati ibumu, Allah (AJ) berkata untuk menghormati ibumu. Apa yang kamu tempatkan sekarang di darajat (tingkat) ibumu dan Sayyidina Muhammad ﷺ? Allah (AJ) berkata, jiwamu berasal dari sini (lautan meem) dan kemudian kamu memilih untuk tidak mengingat kelahiran suci ini? Jiwamu berasal dari Nabi ﷺ. Ketika kamu melakukan kesalahan dan ketika mereka menzalimi diri mereka sendiri, mereka harus datang kepadamu, ya Rasulallah.

﴾وَلَوْ أَنَّهُمْ إِذ ظَّلَمُوا أَنفُسَهُمْ جَاءُوكَ فَاسْتَغْفَرُ‌وا اللَّـهَ وَاسْتَغْفَرَ‌ لَهُمُ الرَّ‌سُولُ لَوَجَدُوا اللَّـهَ تَوَّابًا رَّ‌حِيمًا ﴿٦٤
4:64 – “Wa law annahum idh zhalamoo anfusahum jaooka fastaghfaro Allaha wastaghfara lahumur Rasolu lawajado Allaha tawwaban raheema.” (Surat An-Nisa)
“Dan sekiranya mereka ketika menzalimi diri sendiri datang kepadamu dan memohon ampun kepada Allah, dan Rasul memohonkan ampun untuk mereka, niscaya mereka akan mendapati Allah Maha Penerima taubat, Maha Penyayang.” (Wanita, 4:64)

Kita Berutang Cinta dan Rasa Syukur kepada Sayyidina Muhammad ﷺ

Mengapa? Karena kamu pikir kamu melakukan gunah (dosa). Apa yang kamu pikir kamu lakukan dosa terhadap Allah (AJ)? Bisakah kamu melakukan gunah (dosa) terhadap Allah (AJ)? Bagaimana? Allah (AJ) berkata, “Aku tidak ada hubungan dengan ciptaan ini. Kamu tidak melakukan apa pun terhadap-Ku. Tetapi kamu berutang pengampunan kepada yang memberimu cahaya. Kamu mengambil cahayamu dari Sayyidina Muhammad ﷺ.” Dari tetesan keringat yang darinya seluruh ciptaan ada. Satu tetes dari itu adalah jiwamu! Ini tidak ada hubungannya dengan syirik (kemusyrikan) karena semua ini menyembah La ilaha illallah. Seperti tidak syirik (kemusyrikan) memiliki ibu. Ibumu membawamu ke dunia ini. Kamu berutang penghormatan kepadanya. Kamu berutang cinta dan rasa syukur kepadanya. Allah (AJ) berkata tidak ada bedanya. Jika kamu memahami dari mana jiwamu berasal, kamu berutang cinta kepadanya, kamu berutang rasa syukur kepadanya, kamu berutang terima kasih kepadanya.

Cari Pengampunan dari Sumber Cahaya Kita

Ketika kamu melakukan kesalahan, kamu melakukan sesuatu yang salah terhadap cahaya yang diberikan oleh Allah (AJ) kepada Nabi ﷺ. Ketika kita membuat astaghfirullah (memohon ampunan). “Ya Rabbi, ampuni aku, aku meminta kepada Nabi ﷺ bahwa aku menzalimi diriku sendiri. Aku datang kepadamu, Sayyidi ya Rasulallah (utusan Allah), ampuni aku.” Kemudian kamu merasa malu atas cahaya yang ia berikan kepada kita dan apa yang kita lakukan terhadapnya, apa yang kita lakukan buruk untuk itu. Mengapa kita tidak memuji atasnya? Mengapa kita tidak membersihkan dan memeliharanya? Kemudian kita mulai memahami bahwa tidak, aku meminta ampun dari Allah (AJ) dan meminta ampun dari Sayyidina Muhammad ﷺ. Aku menzalimi diriku sendiri, ya Sayyidi (tuanku), ya Rasulallah (utusan Allah), wakili kami di Kehadiran Ilahi Allah (AJ), bersihkan kami dan sucikan kami. Jika du’a (doa) kamu diterima, Allah (AJ) akan menerima du’a itu dan mulai membersihkan.

Air Mancur Kawthar Mengalir dari Bismillahir Rahmanir Raheem

Mereka mengajarkan bahwa itu adalah Malik al-Hayat dan Malik al-Dunya. Ini adalah lingkaran ciptaan (merujuk pada meem yang meliputi yang memiliki tulisan Allah (AJ) dan Ahmad ﷺ di dalamnya). Meem, ha, meem adalah Muhamma. Muhamma berarti lautan kekuatan yang berputar. Muhamma, itu adalah lautan kekuatan yang berputar. Artinya, segala sesuatu dalam lautan ciptaan ini adalah lautan kekuatan.

Kemudian ketika kamu ingin melihat Bismillahir Rahmanir Raheem, ini adalah air mancur Kawthar. Ini adalah aliran surga. Dari meem Bismi adalah air mancur yang mengalir masuk. Dari ha Allah (AJ) dan hidayat adalah air mancur yang mengalir masuk. Dari meem Rahman adalah air mancur yang mengalir masuk. Dari meem Raheem adalah air mancur yang mengalir masuk. Semua air mancur ini mengalir ke meem (Lautan keberadaan). Semua air mancur ini digambarkan bahwa kolamnya adalah kolam Kawthar. Itulah yang Allah (AJ) gambarkan dalam Surat al-Kawthar. Aku berikan kepadamu air mancur Kawthar. Aku berikan kepadamu air mancur kelimpahan.

﴾إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ‌ ﴿١
108:1 – “Inna ‘atayna kal kawthar.” (Surat Al-Kawthar)
“Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu (ya Muhammad) nikmat yang banyak.” (Nikmat yang Banyak, 108:1)

Artinya, dalam lautan ini, segalanya termanifestasi. Sebanyak Allah (AJ) memperluas ciptaan ini, sebanyak Allah (AJ) memberikan. Allah (AJ) memperluas ciptaan dan memberikan, memperluas ciptaan dan memberikan. Itu adalah katheer (kelimpahan). Air mancur yang Kuberikan kepadamu ini tidak akan pernah berakhir! “Jika semua pohon adalah pena dan semua lautan yang dikenal adalah tinta, Firman-Ku tidak akan pernah habis.”

﴾وَلَوْ أَنَّمَا فِي الْأَرْضِ مِن شَجَرَةٍ أَقْلَامٌ وَالْبَحْرُ يَمُدُّهُ مِن بَعْدِهِ سَبْعَةُ أَبْحُرٍ مَّا نَفِدَتْ كَلِمَاتُ اللَّـهِ ۗ إِنَّ اللَّـهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ ﴿٢٧
31:27 – “Wa law annamaa fil ardi min shajaratin aqlaamunw wal bahru yamudduhoo mim ba’dihee sab’atu abhurim maa nafidat Kalimaatul laah; innal laaha ‘azeezun Hakeem” (Surat Al-Luqman)
“Dan seandainya semua pohon di bumi menjadi pena dan lautan (menjadi tinta), dengan tujuh lautan lagi di belakangnya untuk menambah (persediaan), niscaya tidak akan habis-habisnya Kalimat Allah: karena Allah Maha Mulia, Penuh Kebijaksanaan.” (Luqman, 31:27)

Itulah izzah (kemuliaan) yang Allah (AJ) berikan kepada realitas hamd. Apa yang kita ketahui secara fisik adalah Muhammad ﷺ. Di Kehadiran Ilahi, mereka mulai mengajarkan bahwa ini adalah hati dari arah, bahwa kamu mengarahkan dirimu dikenal sebagai Sayyidina Ahmad (as). Itulah mengapa mereka menulis itu dalam huroof (huruf). Ketika mereka menulis dengan gaya huroof itu (setiap huruf ditulis terpisah), mereka ingin kita memahami.

Huruf dalam Nama Allah (AJ)

Allah (AJ) ini ada di hati realitas itu (merujuk pada meem hamd dalam lingkaran). Itu adalah sumber kekuatan itu. Mawlana Syekh, alhamdulillah, memberikan tafsir (penafsiran) tentang realitas lam, lam, ha (bagian dari nama Allah (AJ)). Alif selalu mengambang.

Ha ini menggambarkan ha dari hidayat. Ini adalah lam dari dunya (dunia material). Ini adalah lam dari akhirah (akhirat). Lam mewakili mulk, manifestasi, mulk wa malakut (alam duniawi dan surgawi). Ha adalah hidayat (petunjuk) untuk membawa kita ke realitas itu. Alif adalah Izzatullah dan alif selalu bergerak. Kamu tidak bisa menangkap alif karena Allah (AJ) menggerakkan alif. Bahwa Keagungan dan Dukungan-Ku ada bersama Sayyidina Muhammad ﷺ.

Meem Sayyidina Muhammad ﷺ adalah Kunci untuk Mencapai Maqamul Iman

Kami berdoa di bulan suci ini agar mereka membawa kami lebih dalam ke realitas pentingnya menjadi Muhammadiyun. Ini adalah sumber Islam karena kamu tidak bisa menjadi Muslim tanpa meem ini (lautan meem). Artinya, jika kamu tidak tahu kuncinya – bagaimana kamu bisa menjadi Muslim dan memiliki iman (keimanan) tanpa meem Sayyidina Muhammad ﷺ? Kamu tidak bisa memiliki keimanan dan menjadi mu’min atau mukhlis dan muhsin. Kamu tidak bisa menjadi apa pun tanpa pemahaman tentang meem ini.

Untuk masuk Islam dan menjadi Muslim, kamu harus menerima Sayyidina Muhammad ﷺ. Untuk memiliki maqamul iman (kedudukan keimanan), dan menjadi muhsin (orang beriman), kamu harus memiliki meem dan kamu harus mencintai Sayyidina Muhammad ﷺ lebih dari kamu mencintai dirimu sendiri.

Setiap maqam (kedudukan spiritual) didasarkan pada maqam Sayyidina Muhammad ﷺ. Kamu tidak bisa memiliki Islam, Mawlana Syekh mengajarkan, tanpa menerima Sayyidina Muhammad ﷺ. Artinya, kamu menerimanya, kamu mendapatkan meem, mereka memberikan serban – kamu bilang alhamdulillah. Kamu sekarang Muslim. Kamu mendapatkan meem, kamu mendapatkan serban, dan kamu berjalan berkeliling dan bilang aku Muhammadiyun.

Cintai Nabi ﷺ Lebih dari Diri Sendiri

Maqamul iman – di mana maqamul iman? Maqamul iman ada di sini. Maqamul iman adalah hati dari realitas ini. Apa yang Nabi ﷺ katakan kepada para Sahabat bahwa kamu tidak bisa memiliki iman sampai kamu mencintaiku lebih dari kamu mencintai dirimu sendiri.

لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَالِدِهِ وَوَلَدِهِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ
“La yuminu ahadukum hatta akona ahabba ilayhi min walidihi wa waladihi wan Nasi ajma’yeen.”
“Tidak ada di antara kamu yang beriman sampai aku lebih dicintainya daripada ayahnya, anak-anaknya, dan seluruh umat manusia.” Nabi Muhammad (saw)

Mengapa? Karena jika kamu mencintai dirimu sendiri, kamu akan selalu memilih dirimu sendiri. Untuk mencintai Sayyidina Muhammad ﷺ lebih dari kita mencintai diri kita sendiri. Mengapa? Karena sekarang kamu berada di pusat (di dalam lautan meem).

Bahkan menjadi muhsin, kamu harus lebih mencintai Nabi ﷺ. Mukhlis, seluruh hidup mereka adalah bagaimana melayani Sayyidina Muhammad ﷺ. Jangan khawatir menjadi Abdullah (hamba Allah). Itu adalah gelar tinggi. Itu adalah gelar yang Allah (AJ) berikan kepada realitas ini (Nabi ﷺ). Ini adalah Abd Allah-Ku. Abd Allah! Kamu bukan Abdullah. Itulah mengapa hanya ada satu AbdAllah. Memalukan untuk berpikir bahwa kamu adalah Abd Allah. Kamu tidak bisa menyandingkan namamu dengan nama Allah (AJ). Tetapi Allah (AJ) berkata bahwa Nabi ﷺ bisa. Dia adalah Rasul Allah. Dia adalah Habib Allah. Dia adalah Abd Allah. Kamu? Ubaid. Ubaidullah. Layani yang melayani Allah (AJ). Itulah cara kita menjadi mukhlis. Mukhlis adalah melayani Nabi ﷺ dengan hidup kita, dengan kematian kita, dengan keberadaan kita, dengan kekayaan kita, dengan segalanya untuk membuat Nabi ﷺ bahagia dengan kita. Jika Nabi ﷺ bahagia dengan kita, tidak diragukan lagi Allah (AJ) bahagia dengan kita, insyaAllah.

Subhana rabbika rabbal ‘izzati ‘amma yasifoon, wa salaamun ‘alal mursaleen, walhamdulillahi rabbil ‘aalameen. Bi hurmati Muhammad al-Mustafa wa bi siri Surat al-Fatiha.


Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *